RADARSEMARANG.COM, PENDIDIKAN adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik agar secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003.
Mendidik dibutuhkan strategi jitu, agar dalam proses belajar mengajar menjadi tidak monoton dan membosankan. Perlu melibatkan siswa secara penuh dalam proses belajar, dan menjadikannya sebagai subjek bukan sekedar objek.
Guru harus dapat memberikan ruang agar siswa dapat mengeksplore dirinya secara maksimal sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Guru harus mampu mengembangkan potensi anak secara sempurna. Setiap anak diberikan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannya agar tergali kompetensi dirinya secara maksimal.
Seorang guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang memilih dan mengusahakan serta menggunakan media dengan baik. Sebab memilih dan menggunakan media haruslah sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa. Pemilihan media yang tidak tepat akan berakibat kurang maksimalnya hasil pembelajaran.
Metode pembelajaran (learning method) adalah suatu proses penyampaian materi pendidikan kepada peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan teratur oleh tenaga pengajar atau guru. Setiap metode memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga guru harus jeli dalam penerapannya. Bisa jadi satu metode cocok digunakan di kelas A, namun tidak untuk di kelas B. Atau metode sesuai dengan materi A, namun tidak untuk pada materi B. Sehingga dibutuhkan ketajaman guru dalam menyesuaikan antara metode yang akan digunakan dengan karakteristik siswa.
Salah satu metode yang digunakan penulis di SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes adalah metode ‘Market Place Activity’ dalam materi Strategi dakwah dan perkembangan Islam di Indonesia. Market Place Activity (MPA) adalah sebuah metode yang berbasis active learning.
Pembelajaran aktif cirinya adalah peserta didik aktif mencari dan mengumpulkan pengetahuan dari satu kelompok ke kelompok lain. Istilahnya saling belanja atau jual beli pengetahuan. Dalam hal ini dibutuhkan pula kerja sama antar peserta didik, karenanya Market Place Activity juga layak disebut cooperative learning (Malvin L Siberman, 2006).
Dalam metode ini, siswa yang ditugaskan sebagai pembeli, akan berkeliling melakukan window shopping, yaitu melihat hasil kerja kelompok lain, untuk melakukan pembelian informasi atas apa yang dijual oleh kelompok lain, yakni dengan bertanya, berdiskusi, mencatat semua informasi yang diperoleh.
Sedangkan siswa yang bertugas menjadi penjual, harus mampu menyajikan dan memberikan informasi dari karton ‘dagangan materi’ yang telah dibuat. Penjual Penjual harus menguasai materi sehingga dapat menjelaskan, memaparkan, menjawab pertanyaan dari para pembeli yang datang untuk meminta informasi tentang jualannya itu.
Dengan demikian semua siswa akan memperoleh informasi yang lengkap dari hasil kunjungannya ke semua kelompok. Dan guru boleh menambahkan, agar siswa menyiapkan alat transaksi dalam jual beli itu. Yaitu dengan memberikan coin reward, sebagai kepuasan pembeli atas informasi dari penjual.
Coin reward adalah coin yang dibuat bisa berbentuk bintang, love, bulat, atau lainnya, sebagai penghargaan dari pembeli kepada penjual yang memberikan kepuasan informasi yang telah diberikan.
Pada sesi akhir pembelajaran, masing-masing perwakilan siswa melakukan presentasi atas hasil diskusi yang telah dilakukan. Tugas guru mengamati, menyimak, membimbing, meluruskan, mengarahkan, menilai, mengevaluasi dan memberikan motivasi serta memberikan apresiasi pujian.
Dengan demikan kelas menjadi dinamis, hidup, dan menggembirakan. Sehingga siswa tidak merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran tersebut. (gp/ida)
Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMA Negeri 1 Larangan, Kabupaten Brebes