Oleh : Negi Eva Ariesta, S.Pd
RADARSEMARANG.COM – Guru merupakan orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di era globalisasi ini. Guru dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar.
Bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar yang efektif. Juga mengembangkan materi pengajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk merespon materi belajar dan memahami tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku dan perbuatan itu menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Termasuk menciptakan keaktifan dan kreativitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satu hal yang perlu untuk dilakukan oleh pendidik adalah meningkatkan kreativitas dan juga keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Maka, dalam rangka meningkatkan keaktifan serta kreativitas siswa pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sangat diperlukan penerapan model pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah role playing.
Uno (2012) menuliskan model pembelajaran bermain peran atau role playing ini dipelopori oleh George Shaftel yang memiliki asumsi bahwa dengan bermain peran siswa akan mendapatkan dorongan untuk mengekspresikan perasaan serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis pada situasi permasalahan kehidupan nyata.
Sedangkan menurut Djamarah (2010), role playing (bermain peran) dapat dikatakan sama dengan sosiodrama, yang pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Bermain peran atau role playing pada prinsipnya merupakan pembelajaran dengan menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas.
Kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar siswa dapat memberikan penilaian terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Lalu memberikan saran atau alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut.
Berikut ini adalah langkah-langkah penerapan model pembelajaran role playing menurut Uno (2012). Pertama, persiapan atau pemanasan langkah pertama ini diawali dengan persiapan dimana pendidik memperkenalkan siswa pada permasalahan atau sebuah kasus yang berhubungan dengan materi yang tengah dipelajari.
Permasalahan atau kasus yang disuguhkan bisa muncul dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh guru. Kedua, memilih pemain atau pemeran drama, ketiga mendekorasi ruang kelas untuk kegiatan. Keempat menunjuk siswa menjadi pengamat (observer). Kelima, memainkan peran sesuai materi yang dipelajari. Keenam, diskusi dan evaluasi.
Ketika ada hal yang menyimpang kemudian pendidik menghentikan drama, ajaklah siswa duduk bersama dan mendiskusikan permainan tadi, kemudian dilakukan evaluasi. Bermain peran ulang berdasarkan hasil diskusi dan evaluasi, siswa dapat melakukan kegiatan bermain peran kembali. Kegiatan ini biasanya berjalan dengan lebih baik dari sebelumnya karena siswa sudah memiliki gambaran yang lebih jelas.
Siswa yang mendapatkan peran juga dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario. Guru dapat mengarahkan pada realita kehidupan nyata. Ajak siswa membandingkan bagaimana hal-hal yang terjadi dalam alur cerita yang diperankan teman-temannya terjadi di dunia nyata.
Terakhir, berbagi pengalaman dan menyimpulkan. Setelah siswa dapat melakukan perbandingan antara cerita dan realita, saatnya guru mengajak siswa untuk berbagi pengalaman mereka yang berkaitan dengan tema role play yang telah dilakukan. Setelah itu siswa akan membuat kesimpulan.
Dalam pembelajaran ini diharapkan akan menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap siswa lain serta pada dirinya sendiri. Dengan adanya rasa tanggung jawab itu, akan muncul keaktivan siswa dan kreativitas dalam diri siswa untuk dapat membantu teman dalam timnya juga dirinya untuk mampu memahami materi pelajaran yang mereka pelajari.
Dengan diberlakukannya tipe semacam ini, siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan penghargaan yang tidak hanya bagi dirinya tetapi juga bagi tim belajarnya tersebut. (ut/lis)
Guru PPKn SMAN 1 Salaman, Kabupaten Magelang