RADARSEMARANG.COM, PENDIDIKAN di era pandemi membuat anak didik menjadi bosan dan kurang tertarik terhadap proses pembelajaran di era peralihan saat ini.
Sebagai seorang guru tentunya harus menciptakan suasana kelas yang kondusif, aktif, dan ekspresif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Dampak yang dirasakan anak didik seusai pembelajaran jarak jauh (PJJ) agaknya masih dirasakan hingga saat ini oleh sebagian besar anak didik dan para guru sehingga menstimulasi daya berpikir kritis anak didik menjadi hal yang krusial untuk dilakukan.
Daya berpikir kritis (critical thinking) merupakan kecakapan hidup di era digital yang harus dimiliki peserta didik, kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan menganalisis maupun menelaah ide atau gagasan setelah melalui pemahaman yang mendalam terhadap suatu ide/gagasan tersebut.
Kemampuan berpikir kritis tentunya tidak terjadi begitu saja melainkan harus diasah dan dikembangkan. Hal ini menjadi salah satu tantangan bagi guru untuk membantu anak didik dalam mengasah kemampuan berpikir kritis mereka.
Salah satu contoh yang dapat dilakukan penulis di SD Negeri 2 Tlogopayung, Kecamatan Plantungan, Kabupaten Kendal adalah dengan menstimulasi.
Apa itu menstimulasi? Menstimulasi merupakan pola rangsangan yang diterapkan guru untuk membuat peserta didik berpikir dan menganalisa setiap pernyataan atau pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Hal ini dapat dilakukan ketika mengawali pembelajaran maupun proses diskusi dalam pembelajaran, guru dapat menanyakan mengenai pembelajaran yang akan disampaikan pada hari itu.
Pada pembelajaran di kelas 5 Tema 2 mengenai Peristiwa dalam Kehidupan, guru dapat menanyakan garis besar pengetahuan anak didik untuk menyebutkan mengenai jenis-jenis bencana alam maupun contoh dari kerusakan lingkungan. Dari hal ini pola pikir anak didik akan cenderung terasah dan mereka akan terbiasa untuk menganalisa setiap pertanyaan yang mungkin muncul.
Selain hal ini guru juga harus rajin mengajak anak didik untuk membaca buku, agar informasi yang mereka peroleh semakin banyak, sehingga tingkat literasi yang mereka peroleh juga memadai, setelah kegiatan literasi ini juga dapat dilakukan diskusi dalam kelompok kecil antar teman kelas agar anak didik dapat membandingkan dan membedakan suatu informasi yang diterima, melakukan penelitian terhadap suatu masalah, menentukan sebab-akibat, dan tentunya mencari solusi dari permasalahan yang diteliti.
Penerapaan hal-hal tersebut diharapkan dapat menjadi pendekatan baru yang dapat dilakukan guru untuk menstimulasi daya berpikir kritis anak didik agar semakin aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tercipta pembelajaran yang ideal dan menyenangkan dambaan para anak didik dan para guru. (kd/zal)
Guru SDN 2 Tlogopayung, Kendal