31 C
Semarang
Saturday, 19 April 2025

Waspadai Disleksia, Kenali Kemampuan Belajar Membaca Anak

Oleh : Bukhori S.Pd.SD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, MEMBACA merupakan suatu proses yang berkembang sejak manusia lahir. Sebelum menguasai dan memahami, ada tahap-tahap yang dilalui anak sepanjang mereka belajar membaca.

Berikut ini penjelasan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengenai kemampuan belajar membaca anak SD, mulai dari usia 6 tahun, hingga beranjak 8 tahun ke atas.

Pertama, anak usia 6-7 tahun. Pada rentang usia ini, di tahun pertama Si Kecil bersekolah sebagai murid SD, ada semakin banyak kata baru yang dibacanya.

Bahkan, anak sudah mampu memaknai kata, tanpa mengeja lagi. Untuk mengasah kemampuannya, beri Si Kecil berbagai bacaan anak SD.

Tentu saja yang sesuai dengan usianya. Anda bisa menyediakan buku maupun majalah agar anak SD membaca dengan semangat.

Selain itu pada usia ini, anak biasanya sudah dapat memegang pensil dengan baik. Tak jarang, ketika berumur 7 tahun, anak sudah lancar menulis, dan tulisannya dapat terbaca oleh orang lain.

Kedua, usia 7-8 tahun. Anak-anak mengenal semakin banyak kata, di umur 7-8 tahun. Jangan kaget kalau kosakata Si Kecil terus bertambah.

Begitu pula dengan pengetahuannya tentang dunia sekitar. Tak hanya membaca, anakpun mampu berekspresi sembari melafalkan kalimat dengan lantang. Anak pun sudah punya buku kesukaannya sendiri.

Setelah membaca sebuah cerita, dia bisa menceritakan ulang tentang alurnya, tokoh, berserta peristiwa-peristiwa di sana. Di rentang usia ini, bukan mustahil, Si Kecil akhirnya bisa membaca dengan lancar.

Ketiga, usia 8 tahun ke atas. Setelah menginjak usia 8 tahun, Si Kecil semakin pandai membaca, yang terlihat dari aktivitas belajarnya di sekolah, maupun kesehariannya di luar sekolah. Anak pun benar-benar memahami kalimat-kalimat yang dibacanya. Selain itu, anak mulai memilih lebih banyak genre bacaan, tak hanya fiksi, tapi juga yang non-fiksi.

Pencapaian belajar di SDN 1 Wonosari, Pegandon, Kabupaten Kendal, di setiap jenjang kelas memang berbeda. Namun, guru sebaiknya mewaspadai bentuk gangguan belajar yang disebut ebagai disleksia.

Anak dengan kondisi disleksia, mengalami kesulitan membaca, yang akhirnya berpengaruh pada kemampuan menulis. Gangguan ini sering terjadi pada usia kanak-kanak.

Disleksia menyebabkan anak kesulitan memenggal suku kata maupun mengenali bunyi yang tepat dari penggalan huruf tertentu. Misalnya, membaca ‘pesawat’ sebagai ‘espawat’.
Bila anak sudah memasuki usia sekolah, orangtua dapat mengenali disleksia seperti hal-hal berikut.

Salah satunya yaitu, sulit mengingat urutan sesuatu, misalnya urutan abjad atau nama hari. Butuh waktu lama dalam mempelajari nama dan bunyi abjad. Sulit menemukan persamaan atau perbedaan pada abjad. Sulit mengucapkan kata yang baru dikenal. Susah mengeja, karena melihat huruf atau angka terbolak-balik, seperti huruf “d” dengan huruf “b”, atau angka “6” dengan angka “9”. Sering salah atau terlalu lamban saat membaca.

Kesulitan memroses dan memahami apa yang didengarnya. Lamban juga dalam menulis. Selain Dalam belajar, gejala-gejala disleksia juga bisa dikenali bila anak sering melakukan kebiasaan seperti Kesulitan Koordinasi, Pelupa, Lambat Memberikan Respons, dan Sulit Melakukan Aktivitas Tertentu.

Terapi maupun pengobatan memang belum bisa menyembuhkan disleksia. Biasanya perawatan dilakukan dengan pendekatan dan teknik pendidikan khusus. Misalnya, guru atau orangtua dapat menggunakan teknik yang melibatkan pendengaran, penglihatan, dan sentuhan untuk meningkatkan ketererampilan membaca anak.

Namun saat beranjak dewasa, anak-anak berpotensi Menemukan cara mereka tersendiri untuk mengatasi disleksia. Sebab, anak dengan kondisi disleksia, pada dasarnya memiliki kecerdasan yang normal. Untuk mengetahui lebih banyak tentang disleksia yang berisiko mengganggu proses belajar membaca anak SD, konsultasikan langsung pada dokter ahli. (tt2/ida)

Guru SD Negeri 1 Wonosari, Pegandon, Kabupaten Kendal


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya