27 C
Semarang
Monday, 23 December 2024

Belajar Asyik Tembang Macapat melalui Pembiasaan

Oleh : Kundiyono S.Pd.SD

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SAAT ini tembang macapat semakin terpinggirkan oleh pesatnya perkembangan industri musik di Indonesia. Walaupun sama-sama menggunakan bahasa Jawa, nama pocung, gambuh, dan mijil, kalah populer dengan lagu-lagu dangdut koplo seperti Jaran Goyang, Sayang, dan Bisone Mung Nyawang.

Siswa SD justru lebih senang menyanyikan lagu-lagu dangdut koplo daripada mempelajari tembang macapat. Padahal lirik lagu dangdut koplo umumnya tentang percintaan dan patah hati, yang biasanya hanya untuk dikonsumsi orang dewasa bukan anak-anak SD.

Tentunya itu kurang mendidik, bahkan berbenturan dengan pendidikan karakter yang sedang digembar-gemborkan dalam kurikulum sekarang ini.

Sejatinya tembang macapat yang berisi nilai-nilai luhur sangat disayangkan jika tidak lagi diminati oleh generasi penerus bangsa, terlebih siswa SD. Hal ini terjadi di tempat penulis mengajar yaitu SD Negeri Wonobodro 03, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, khususnya kelas IV, banyak siswa yang tidak menyukai tembang macapat.

Setidaknya terdapat beberapa faktor penyebab mengapa tembang macapat menjadi asing bagi siswa SD. Pertama, untuk menguasainya dibutuhkan proses panjang dan bertahap.

Mempelajari tembang macapat tidak cukup hanya dengan menghafal lirik dan menyesuaikan notasi saja, tetapi harus memperhatikan aturan baku seperti ragam cengkok, struktur fisik (seperti guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu), artikulasi kata hingga tahap menterjemahkan makna yang tersirat di dalamnya.

Kedua, meskipun materi tembang macapat telah terintegrasi dalam mata pelajaran bahasa Jawa, ternyata banyak guru-guru muda SD belum menguasainya. Ketika guru belum menguasai materi, akan cenderung melewatinya agar terhindar dari kesalahan penerapan konsep.

Tampaknya wajar apabila siswa SD zaman sekarang tidak lagi mengenal tembang macapat karena gurunya jarang (bahkan tidak pernah) menyampaikan.

Sementara, undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyebutkan, prinsip penyelenggaraan pendidikan harus menjunjung tinggi nilai-nilai budaya nasional dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Sudah seharusnya guru memikirkan terobosan agar tembang macapat mampu bertahan di tengah hiruk pikuk ramainya industri musik di Indonesia dan pengaruh globalisasi. Salah satu inovasi yang dapat diterapkan adalah pembelajaran tembang macapat melalui pembiasaan.

Pembiasaan yang pertama, pada saat istirahat seminggu tiga kali misal hari Senin, Selasa, dan Rabu, pihak sekolah memperdengarkan lagu-lagu macapat ke guru dan siswa melalui speaker (pengeras suara) yang terpasang di dalam kelas maupun di luar kelas.

Dengan demikian, siswa dapat mendengarkannya walaupun dalam keadaan bermain maupun jajan. Dengan mendengar secara rutin lagu macapat, siswa dengan sendirinya akan menghafal lagu-lagu macapat dan tertarik untuk mempelajarinya.

Bagi guru bisa untuk belajar cara menguasai tembang macapat yang benar sehingga dapat memperkecil alasan untuk melewati materi tembang macapat karena kurangnya pemahaman.

Pembiasaan yang kedua yaitu, seminggu tiga kali misal hari Kamis, Jumat, dan Sabtu, di dalam kelas sebelum pembelajaran, guru dan siswa bersama-sama menyanyikan lagu macapat dengan judul lagu berbeda tiap harinya. Misal hari Kamis lagu Pocung, Jumat lagu Gambuh, dan Sabtu lagu Mijil. Karena dinyayikan secara rutin dan bersama-sama, siswa akan lebih mudah menghafal lagu macapat dengan benar.

Tentunya pembelajaran tembang macapat melalui pembiasaan, akan menciptakan generasi milenial yang selalu mencintai lagu macapat sebagai warisan adi luhung budaya Jawa. (bt/ida)

Guru SD Negeri Wonobodro 03, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya