RADARSEMARANG.COM, BERBAGAI kebijakan pendidikan dibuat pemerintah dengan harapan dapat mengarahkan para siswa menjadi unggul dalam segala bidang, baik dari segi kompetensi, karakter, serta jiwa kompetitif sebagai bekal bersaing dalam dunia pendidikan. Salah satu kebijakan pendidikan tersebut adalah perubahan.
Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) merupakan kurikulum yang terkenal sebagai pembelajaran yang memiliki kurikulum beragam, lebih mengoptimalkan terkait materi atau konten yang memberi peserta didik cukup waktu untuk mengeksplorasi konsep dan memperkuat memampuan mereka. Diharapkan dengan adanya IKM akan tercipta perubahan yang lebih baik.
Pada proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas merupakan interaksi aktif yang terjadi antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada hakikatnya dalam proses pembelajaran, siswa harus mendapatkan pengetahuan dari berbagai macam mata pelajaran. Di antaranya mata pelajaran matematika.
Matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sering menjadi momok bagi para siswa. Siswa merasa matematika sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tergolong sukar.
Hal tersebut disebabkan dalam proses belajar mengajar belum melakukan dan memahami dasar-dasar konsep matematika serta siswa tidak mengerti kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa merasakan pelajaran matematika kurang bermakna, akhirnya menyebabkan siswa malas belajar matematika.
Menurut Slameto (1991:182), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suat hal aktivitas, tanpa ada yang menyuruh, minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu dari luar diri semakin kuat dengan hubungan tersebut.
Minat sangat berpengaruh terhadap belajar siswa karena bila pembelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan baik, karena tidak ada daya tarik baginya. Minat dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi seseorang untuk melakuakan sesuatu seperti belajar berhitung.
Sulitnya menumbuhkan sikap minat belajar berhitung merupakan permasalahan umum yang dihadapi oleh guru. Hal tersebut juga terjadi di kelas 1 SD Negeri Tenggulangharjo, Kecamatan Subah. Saat penyampaian pelajaran matematika beberapa siswa sudah merasa enggan untuk belajar sehingga kurang tercapainya sesuatu hasil yang diharapkan.
Hal ini mendorong guru mencari bagaimana cara menumbuhkan minat belajar berhitung dengan berbagai metode dan alat peraga sebagai pendukung dalam proses belajar mengajar, guru juga memberikan reward (hadiah).
Menurut Alifus Sabri (2005:60) dalam Siti Khodijah (2015:26) reward adalah alat pendidikan yang diberikan kepada anak-anak yang menunjukkan prestasi atau hadiah pendidikan yang baik. Baik dari segi prestasi kepribadiannya yang meliputi kelakuannya, kerajinannya,
maupun dalam prestasi belajarnya. Reward (hadiah) tidak harus selalu dalam bentuk barang mahal bahkan dapat melalui motivasi. Pemberian reward ini akan memacu peserta didik untuk bisa belajar berhitung dengan giat lagi.
Di samping itu, mereka yang belum berhasil mendapatkan, akan termotivasi pula untuk bisa mendapatkan hadiah, mengejar ketertinggalan dari teman-temannya.
Pemberian reward di kelas 1 SD Negeri Tenggulangharjo dilakukan dengan cara memberikan soal–soal. Siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat reward dari guru berupa pujian, stiker bintang, dan terkadang juga berupa hadiah (alat tulis).
Sedangkan siswa yang menjawab salah, tidak mendapatkan hadiah tersebut. Peran reward ini sangat besar untuk siswa. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan dengan benar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian reward dapat meningkatkan minat belajar siswa terutama belajar berhitung dalam pelajaran matematika serta pada mata pelajaran yang lainnya. (bt/ida)
Guru SDN Tenggulangharjo, Subah, Kabupaten Batang