26 C
Semarang
Saturday, 21 December 2024

Syndicate Group Tingkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS

Oleh : Tutik Suwarni, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Berdasarkan permasalahan rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS dari peserta didik kelas IX SMP Negeri 15 Surakarta, maka penulis menerapkan metode pembelajaran diskusi syndicate group.

Syndicate adalah kongsi, gabungan perusahaan, mempersatukan menjadi sindikat (Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, 2005:575). Metode ini merangsang bekerja sama dengan teman, karena pemberian tugas dikerjakan dalam kelompok secara bergotong royong.

Metode kelompok sering digunakan guru untuk mencapai tujuan-tujuan seperti memupuk dan memelihara rasa persatuan, solidaritas dengan tim Memberi peluang kepada siswa menuangkan hasil pikirannya, menumbuhkan rasa percaya diri mengeluarkan pendapat dan melatih siswa bekerja secara bersama.

Metode kelompok sindikat grup (syndicate group) menurut Muchlas Samani dan Hariyanto (2011:155) memiliki beberapa langkah. Yakni kelompok besar (kelas) dibagi lagi menjadi beberapa kelompok kecil. Masing-masing kelompok kecil mendiskusikan tugas tertentu yang berbeda-beda antarkelompok kecil.

Guru menjelaskan tema umum tentang masalah, menggambarkan aspek-aspek pokok masalah. Setiap kelompok membahas hanya satu aspek, lalu guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi lain.

Setiap kelompok sindikat berdiskusi sendiri-sendiri. Pada akhirnya diskusi disampaikan laporan setiap sindikat dan selanjutnya dibawa ke pleno (sidang umum) untuk dibahas lebih lanjut sehingga seluruh aspek dari tema masalah terselesaikan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas IX SMP Negeri 15 Surakarta menggunakan metode diskusi syndicate group, guru membagi peserta didik dalam 4 kelompok masing-masing beranggotakan 7 orang.

Selanjutnya guru memberikan penjelasan singkat tentang materi perubahan sosial sambil menampilkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Guru memberikan permasalahan yang harus didiskusikan oleh masing-masing kelompok dan cara pemecahannya.

Guru memotivasi dan memfasilitasi ketersediaan sumber belajar. Peserta didik berpikir bersama dalam kelompok, berdiskusi dan menyatukan pendapat terhadap informasi yang didapat tentang perubahan sosial.

Ketika melakukan diskusi kelompok, guru mengamati dan memberikan bantuan bila ada peserta didik atau kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas.

Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas secara bergantian. Selanjutnya peserta didik bersama guru membahas jawaban yang diperoleh dan disimpulkan.

Guru bertanya kepada peserta didik tentang hal-hal yang belum diketahui dan meluruskan kesalahpahaman serta memberikan penguatan.

Dalam kegiatan akhir, guru mengulas kembali materi yang dipelajari sambil bertanya untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi. Kemudian melakukan evaluasi.

Setelah diterapkan syndicate group keaktivan peserta didik dalam proses pembelajaran makin meningkat walaupun masih ada kelemahan. Misalnya ada yang belum berani mengemukakan pendapat, bertanya maupun menjawab pertanyaan guru, menjawab pertanyaan maupun bertanya kepada kelompok lain.

Setelah dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran rata-rata 94 persen aktif, ketuntasan hasil belajar individual meningkat 100 persen sesuai KKM 75. Ketuntasan hasil belajar klasikal dilihat dari nilai rata-rata meningkat dari 67,92 menjadi 84,07.

Kelebihan metode kelompok sindikat (syndicate group) menurut Muchlas Samani dan Hariyanto (2011:152) membuat sesuatu masalah lebih menarik, membantu peserta didik terbiasa mengemukakan pendapatnya. Juga lebih mengenal dan mendalami suatu masalah. Menciptakan suasana yang lebih rileks, informal, tetapi tetap terarah. Menggali pendapat dari peserta didik yang tidak suka bicara, pemalu atau jarang bicara.

Sedangkan kelemahannya menurut Wina Sanjaya (2013:156) adalah sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara. Kadang-kadang pembahasan diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur, memerlukan waktu yang cukup panjang. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol, akibatnya dapat mengganggu iklim pembelajaran. (ut/lis)

Guru IPS SMP Negeri 15 Surakarta


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya