RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran IPS di tingkat SMP berhasil dan berkualitas apabila sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial. Keaktifan belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan.
Menurut Purwanto (2021: 56) tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran tidak terlepas dari penggunaan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang tepat, dapat meningkatkan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Peserta didik akan lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran berlangsung efektif dalam mencapai suatu kompetensi (Aryanto, 2020: 157).
Rendahnya partisipasi siswa berakibat hasil belajarnya rendah. Penyebabnya beberapa hal. Antara lain kegiatan belajar berpusat pada guru, siswa cenderung mengantuk dan kurang memperhatikan penjelasan guru, siswa tidak semangat mengerjakan tugas karena sering tidak diperiksa atau tidak dibahas di kelas. Kemudian guru tidak memberitahu apa tujuan dari pembelajaran yang dilaksanakan, model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang variatif.
Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang dapat membantu proses belajar siswa sehingga partisipasi dan hasil belajar IPS meningkat. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu proses pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kalimanah adalah Problem Based Learning (PBL).
Model PBL tidak memperkenalkan IPS secara verbal saja. Dalam model PBL siswa dapat menemukan fakta, membangun konsep, teori dan sikap ilmiah siswa yang tentunya akan berpengaruh positif terhadap proses pendidikan maupun produk pendidikan (Yamin 2003: 28).
Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar “bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Pada model PBL, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah. Walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas, proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam merancang program pembelajaran PBL menurut Sadia (2007) adalah sebagai berikut: fokuskan permasalahan, sekitar pembelajaran konsep-konsep sains yang esensial dan strategis, berikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi gagasannya melalui eksperimen atau studi lapangan.
Siswa akan menggali data-data yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola data yang mereka miliki yang merupakan proses latihan metakognisi. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan solusi-solusi yang mereka kemukakan. Penyajiannya dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau publikasi atau dalam bentuk penyajian poster.
PBL menurut Abriyanti (2022: 406) adalah teknik yang cukup bagus untuk memahami isi masalah. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Disimpulkan, model PBL adalah lingkungan belajar yang di dalamnya menggunakan masalah untuk belajar. Yaitu, sebelum belajar mempelajari suatu hal, mereka diharuskan mengidentifikasi suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus.
Melalui model PBL diharapkan memudahkan memahami materi pelajaran pada proses pembelajaran IPS yang diberikan dan nantinya dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran, selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (*/lis)
Guru SMP Negeri 2 Kalimanah