25 C
Semarang
Wednesday, 24 December 2025

Mengkonstruksi Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Siswa

Oleh: Suparyati, S.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Menulis merupakan pusat pengaplikasian berbagai pengetahuan yang telah didapat dari aktifitas menyimak, membaca, dan berbicara kemudian mengalihkannya ke dalam rangkaian kata dan bahasa yang memiliki makna dan tujuan. (Pranoto, 2004 : 9). Menulis berarti menuangkan buah pikiran ke dalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan.

Dalam menulis cerpen antarkalimat, antarparagraf harus koheren dan padu. Semua unsur cerita membentuk sebuah totalitas yang sangat menentukan keindahan dan keberhasilan cerpen, sebagai bentuk ciptaan sastra. Sastra memberikan bukti sintaksis terluas, variasi yang kaya dengan perbedaan kosa kata. Hal ini sebagai bukti penggunaan bahasa menjadi lebih efektif, halus, dan sugestif.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menulis cerpen bukan hal asing lagi. Namun demikian menulis cerpen bisa dianggap sulit bagi siswa yang tidak terbiasa menuangkan ide – idenya dalam bentuk tulisan. Pada kesempatan ini penulis akan membahas mengkontruksi cerpen melalui pengalaman pribadi siswa.

Kegiatan pembelajaran ini, diberikan pada siswa SMK Negeri 10 Semarang kelas XI semester 1 pada KD 4.9 Mengkonstruksi sebuah cerita pendek dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun cerpen.

Mengkonstruksi cerpen adalah menulis cerpen dengan memerhatikan unsur pembangun cerita seperti unsur intrinsik (tema. penokohan, alur, latar, setting, amanat, gaya bahasa) dan unsur ekstrinsik (kondisi sosial budaya, keadaan alam sekitar, latar belakang pengarang). (https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/rpp/mengonstruksi-cerpen-berdasarkan-unsur-pembangun).

Mengkontruksi sebuah cerpen memerlukan kemampuan yang kreatif dan efektif dalam penggunaan kalimat, agar hasil konstruksi mudah dipahami dan dimengerti oleh para pembaca. Untuk memudahkan dalam menuangkan ide-idenya, guru memberikan tugas sesuai dengan pengalaman pribadi masing-masing siswa.

Dari pengalaman pribadi, siswa dapat menuangkan “emosi“ dan nuraninya sendiri. Unsur emosi memang penting dalam menulis sebuah cerpen. Diksi yang tidak mampu membangkitkan suasana “emosi“, sering membuat karangan itu terasa hambar dan tidak menarik. Namun demikian, kata-kata tersebut tidak harus dibuat – buat. Kata-kata atau ungkapan yang pilih adalah kata – kata yang bersifat pribadi. Kata – kata itu dibiarkan mengalir apa adanya.

Dengan cara demikian, akan terciptalah sebuah karya sastra yang menarik, dan alamiah. Memilih kata – kata memerlukan kemampuan yang kreatif dan inovatif. Pemilihan kata – kata yang biasa – biasa tanpa ada sentuhan emosi tidak akan menarik pembaca. Misalnya, dalam menggambarkan suasana kota atau pegunungan apa adanya, berarti tidak ada hal yang baru. Agar cerpen itu menjadi menarik, maka harus mengaitkan dengan suasana hati tokoh cerita.

Pada pembelajaran ini, siswa SMK Negeri 10 Semarang sangat antusias dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dikarenakan, topik pembuatan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi masing – masing siswa. Dari pengalaman itu siswa dapat lebih mudah mengkontrusksi menjadi sebuah cerpen. Untuk memotivasi siswa, bahwa cerpen yang baik dan menarik selanjutnya diubah dalam bentuk video, dan video itu akan dipertontonkan pada siswa melalui LCD pada pertemuan berikutnya. Dengan cara inilah maka para siswa berlomba-lomba membuat cerpen dengan harapan actingnya dapat dilihat oleh teman-temannya.

Pembuatan video, dilakukan secara kelompok. Pemeran tokoh utama cerpen itu adalah penulis cerpen tersebut. Pelaksanaan pembuatan video di luar jam pelajaran. Guru memberikan waktu untuk menyelesaikan pembuatan video selama satu minggu. Dengan langkah inilah pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga membuat para siswa lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran mengkontruksi cerpen. (ko/aro)

Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 10 Semarang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya