RADARSEMARANG.COM, IDEALNYA kegiatan pembelajaran pada berbagai jenjang pendidikan, diakhiri dengan kegiatan mengomunikasikan penguasaan kompetensi belajarnya. Atau disebut sebagai sebuah presentasi. Untuk itu dibutuhkan kemampuan mengasah keterampilan mengomunikasikan kepada siswa.
Mengomunikasikan penguasaan suatu kompetensi dalam pembelajaran, dapat disajikan dalam berbagai bentuk. Antara lain melalui lisan, tulisan maupun berupa gambar.
Adapun media untuk mengomunikasikannya, dapat dengan cara tidak langsung maupun langsung. Cara yang tidak langsung bisa melalui akun media sosial yang dimiliki siswa, seperti Whatsapp, Facebook, Instagram, dan Youtube.
Beberapa cara mengomunikasikan secara langsung, misalnya dengan presentasi di depan umum, depan kelas, maupun di depan kelompok. Dengan cara-cara tersebut, memiliki suatu tujuan yaitu mengasah keterampilan berbicara dan keberanian siswa berpendapat secara lisan.
Dengan meminta berbicara minimal di depan kelompok kecil, artinya siswa mampu mengomunikasikan hasil belajarnya. Salah satu caranya yaitu melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990).
Melalui model tersebut, dua siswa pada suatu kelompok, diberikan kesempatan bertamu ke kelompok lain (two stray). Sedangkan dua siswa lainnya tetap tinggal di dalam kelompoknya (two stay).
Jadi, kelas dibentuk kelompok yang beranggotakan empat siswa, kemudian anggota kelompok saling bertamu, dengan pengaturan waktu yang dikendalikan oleh guru. Siswa yang bertamu (stray), memberikan penjelasan kepada kelompok yang didatangi (stay) tentang materi yang dipelajarinya. Sedang siswa yang tinggal (stay), mencatat penjelasan yang diberikan oleh siswa yang bertamu.
Namun setelah model TSTS diterapkan di kelas, terlihat beberapa siswa yang masih pasif, terutama yang mendapat peran stay (tinggal di kelompok). Siswa pada posisi stay hanya aktif mencatat dan belum bisa menjadi penyampai pesan yang baik kepada kelompoknya.
Hal ini penulis temui saat diterapkan pada pelajaran geografi materi persebaran Sumber Daya Alam di kelas XI SMA Negeri 1 Pringsurat, Kabupaten Temanggung. Dengan menggunakan peta SDA yang sudah dibuat siswa secara berkelompok, mereka diminta menjelaskan ke teman yang lain.
Kemudian penulis mencoba memodifikasi model ciptaan Spencer kagan tersebut, dengan strategi Zesta Astra (Zero Stay, All Stray). Dalam strategi Zesta Astra, tidak ada anggota yang tinggal di dalam kelompok saat presentasi.
Masing-masing anggota kelompok menyebar, bertamu ke kelompok lain untuk menjelaskan materi yang mereka pelajari. Setiap kelompok dapat diberikan tema berbeda untuk dipelajari.
Misalnya kelompok A diberikan tema Sumber Daya Alam (SDA) Batubara. Maka seluruh anggota kelompok A mempelajari tentang SDA Batubara, kemudian wajib menjelaskan kepada kelompok lain, tentang hasil belajarnya.
Demikian juga dengan kelompok B yang diberikan tema tentang minyak bumi. Dan seterusnya. Alokasi waktu presentasi masing-masing anggota kelompok cukup maksimal 5 menit.
Dengan memodifikasi TSTS menjadi Zesta Astra, siswa mengaku senang karena beberapa alasan 1) suasana tidak tegang; 2) lebih paham mendengarkan penjelasan teman; 3) mendapatkan suasana belajar yang berbeda karena strategi ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Outdoor.
Di akhir pembelajaran, guru membuat kesimpulan bersama siswa. Siswa terlihat antusias, sebab siswa akan dinilai juga oleh anggota kelompok yang didatangi di akhir presentasinya. Selamat mencoba Bapak Ibu guru. (*/ida)
Guru SMA Negeri 1 Pringsurat, Kabupaten Temanggun