RADARSEMARANG.COM, Kelipatan Persekutuan Kecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Besar (FPB) merupakan salah satu materi penting yang wajib dikuasai oleh siswa di jenjang Sekolah Dasar (SD) sejak kelas empat. Namun berdasarkan pengamatan lembar portofolio siswa, masih banyak yang tidak dan belum menyelesaikan serta memecahkan soal KPK dan FPB.
Permasalahan matematika adalah penguasaan konsep matematika. Penerapan pembelajaran matematika di sekolah tidak selalu mengalami keberhasilan sesuai yang diharapkan, karena adanya miskomunikasi. Hampir semua siswa sekolah dasar yang naik di kelas empat masih belum paham dan mengerti karena pelajaran FPB dan KPK adalah pelajaran yang baru. Untuk kelas lima dan enam biasanya sudah mulai memahami tentang KPK dan FPB, karena sudah diperkenalkan di kelas bawahnya.
Miskonsepsi adalah pemahaman yang tidak akurat terhadap konsep. Menurut Sriati (2015), miskonsepsi itu dibedakan menjadi lima yaitu miskonsepsi terjemahan, miskonsepsi konsep, miskonsepsi operasi, miskonsepsi hitung, dan miskonsepsi sistematis.
Metode dan model yang digunakan untuk meneliti dan mengamati tentang FPB dan KPK adalah menggunakan jenis penelitian studi kasus. Tempat dan waktu yang saya laksanakan dalam penelitian dan percobaan ini adalah di tempat tugas saya mengajar yaitu di SDN 1 Wonosari Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal.
Subyek dalam pelaksanaan yang saya laksanakan adalah guru dan siswa. Bagi guru kelas adalah sangat membantu dan bisa dijadikan subyek penelitian pada muridnya sehingga bisa mengetahui perkembangan pembelajaran mengenai miskonsepsi KPK dan FPB. Selanjutnya bisa digunakan sebagai sumber informasi untuk mendapatkan data untuk kelas berikutnya.
Hasil dan pembahasan penelitian tentang FPB dan KPK ini bisa kita amati berdasarkan hasil yang sudah diperoleh pada kasus ini di kelas sebelumnya yaitu kelas empat yang banyak mengalami miskonsepsi pada pembelajaran FPB dan KPK.
Siswa salah dalam melakukan perhitungan karena bermula dari konsep awal yang salah mengenai FPB dan KPK sehingga mengakibatkan kesalahan pada perhitungan FPB dan KPK. Dan dari situlah siswa akan mengalami kebingungan mengenai FPB dan KPK.
Juga kebanyakan guru menggunakan pohon faktor untuk mencari FPB dan KPK, sangat jarang para guru yang mengajarkan dengan cara tabel kepada siswa. Padahal menggunakan cara tabel lebih mudah dan gampang dimengerti oleh para siswa dibanding menggunakan cara dengan pohon faktor dalam menentukan FPB dan KPK. Oleh karenanya marilah para guru untuk menggunakan cara tabel dalam menentukan FPB dan KPK.
Berdasarkan pembelajaran yang saya laksanakan dalam mengajarkan KPK dan FPB biasa saya lakukan dengan metode ceramah, karena banyak penjelasan dan konsep yang harus dipahami dan dimengerti oleh peserta didik. Materi ini adalah sangat sulit untuk difahami oleh siswa. Karena KPK adalah kelipatan sama dan terkecil dari dua bilangan atau lebih. Sedang FPB adalah faktor sama dan terbesar dari dua bilangan atau lebih.
Sebelum bisa menentukan KPK dan FPB dari beberapa bilangan, siswa perlu menguasai operasi hitung perkalian dan pembagian, bilangan prima, kelipatan dan faktor persekutuan dari dua bilangan, faktor prima, dan faktorisasi prima. Cara penyampaian materi dengan ceramah menjadi kurang jelas dan paham, oleh karenanya harus disertai dengan praktik dan penugasan secara individual.
Kesimpulan pada penelitian dan pengamatan yang dapat diperoleh dan disimpulkan bahwa penyebab siswa melakukan miskonsepsi kesalahan dalam menyelesaikan dan menentukan KPK dan FPB adalah subyek tidak menguasai konsep kelipatan, konsep faktor, algoritma mencari KPK, algoritma mencari FPB, membedakan bilangan prima dan bukan bilangan prima, sedangkan kesalahan lainnya adalah akibat subyek kurang teliti dan lupa. Dan terdapat beberapa penyelesaian agar siswa lebih memahami konsep soal FPB dan KPK dengan penggunaan dekak-dekak. Dengan demikian anak akan merasa senang dalam pembelajaran dan akan lebih dapat mengena dan menyerap materi dalam pembelajarannya. (tt1/ton)
Guru SD Negeri 1 Wonosari Pegandon Kendal