26 C
Semarang
Sunday, 24 August 2025

Pembelajaran IPS Semakin Mengena dengan Make A Match

Oleh : Liliana Herni Widyawati, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu pembelajaran tentang konsep sosial. Berhubungan dengan geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi.

Keempat disiplin ilmu tersebut dipadukan oleh konsep ruang dan interaksi antar-ruang. Serta pengaruhnya terhadap kehidupan manusia dalam aspek ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan.

Keempat disiplin ilmu tersebut harus dikuasai oleh peserta didik dengan alokasi empat jam pelajaran setiap minggu. Karena banyaknya materi yang harus dipelajari, peserta didik menganggap IPS pelajaran yang sulit.

Ada pula yang beranggapan IPS mengandalkan hafalan dalam memahaminya sehingga membosankan.

Pendapat tersebut tidak salah, tetapi tidak semuanya benar karena IPS juga merupakan pelajaran terapan. Artinya dalam mempelajari IPS peserta didik dapat langsung menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan kualitas pembelajaran banyak ditentukan oleh pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru.

Untuk itu, guru harus menyajikan materi secara kreatif dan inovatif dengan media pembelajaran menarik. Saat ini mendesak untuk melakukan inovasi dan adaptasi terkait pemanfaatan media yang tersedia dalam mendukung proses pembelajaran (Ahmed et al., 2020).

Pembelajaran dapat memanfaatkan media adaptif dari berbagai platform guna menyukseskan transfer knowledge kepada peserta didik. (Gunawan et al., 2020). Tentunya disesuaikan dengan materi yang disajikan guru.

Pembelajaran IPS, khususnya materi peran aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kelas VII di SMP Negeri 2 Wonogiri, yang selama ini menekankan aspek kognitif, kurang mampu melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran.

Hal ini dapat dilihat dari kurangnya respons peserta didik saat proses pembelajaran.

Secara klasikal, dari hasil nilai ulangan harian siswa kelas VII B belajar tuntas hanya 83,75 persen, sehingga belum mencapai ketuntasan kelas 85 persen.

Prestasi rata-rata siswa 74,45 sehingga belum melampaui KKM 76. Ini menunjukkan pemahaman peserta didik terhadap materi masih kurang.

Solusinya, guru menggunakan model pembelajaran make a match dalam pembelajaran IPS di kelas VII SMPN 2 Wonogiri.

Model make a match atau mencari pasangan dikembangkan Lorna Curran (Lie, 2010). Model pembelajaran ini menghindarkan peserta didik dari kebosanan saat proses pembelajaran.

Wahab (2007) berpendapat make a match adalah model pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, berinteraksi di samping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu.

Langkah-langkah pembelajaran dengan model make a match sebagai berikut: pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kedua, guru menyampaikan materi dan menginformasikan model belajar yang akan diterapkan dan menerangkan alur pelaksanaannya.

Selanjutnya guru membagi seluruh siswa menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diberikan kartu berisi macam-macam kebutuhan manusia dan kelompok kedua diberi alat pemenuhan kebutuhan manusia. Dengan memberikan batasan waktu, guru meminta peserta didik memasangkan kartu tersebut. Hasil memasangkan kartu dipresentasikan di depan kelas.

Guru memandu peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu, diberi poin. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik dapat kartu berbeda, demikian seterusnya. Ketiga, guru menutup pembelajaran dengan refleksi dan menyampaikan kesimpulan. Kegiatan penutup yakni peserta didik melaksanakan evaluasi dengan mengerjakan 10 soal.

Make a match berbantuan media kartu sangat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Mereka lebih memahami materi peran aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan. Peserta didik dilatih bekerja sama dengan teman dalam kelompoknya.

Berdasarkan hasil evaluasi, secara klasikal, ulangan harian siswa kelas VII B yang mencapai belajar tuntas 89,75 persen, sehingga sudah mencapai ketuntasan kelas sebanyak 85 persen. Prestasi rata-rata siswa 86,60 sehingga sudah melampaui KKM 76.

Hal ini membuktikan, proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan keaktifan peserta didik sehingga hasil belajarnya meningkat. Juga menunjukkan bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan tanpa ada unsur paksaan dan semata-mata keinginan sendiri. Bermain juga merupakan aktivitas fleksibel dan bersifat aktif. (ut/lis)

Guru IPS SMP Negeri 2 Wonogiri


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya