27 C
Semarang
Saturday, 14 June 2025

Pembelajaran Aktif Aksara Jawa Asyik dengan Metode Mencari Pasangan

Oleh : Nur Waqi’ah S.Pt.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, BANYAK peserta didik yang enggan dan merasa kesulitan di dalam pembelajaran bahasa Jawa, terutama dalam mengenal aksara Jawa. Karena susahnya peserta didik dalam mengenal aksara Jawa, banyak peserta didik yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

Hal ini bisa disebabkan beberapa faktor, disebutkan oleh Indria (2008:246), Bappeda DI Jogjakarta telah meneliti mengenai kondisi pembelajaran bahasa Jawa di SD dan SMP 93 persen gurunya hanya menggunakan metode ceramah.

Ini faktor utama penyebab aksara Jawa sulit diserap olrh kebanyakan peserta didik, karena kerumitan bentuk, jenis, serta jumlah dari aksara Jawa yang cukup banyak.

Kendati begitu, peserta didik dituntut memahami unsur-unsur yang sangat kompleks yang terdapat dalam aksara Jawa, di antaranya aksara carakan, sandhangan, pasangan, aksara murda, aksara swara, dan aksara angka, dan lainnya.

Guru harus berani berinovasi dan terus mencoba berbagai metode pembelajaran aksara Jawa di MI Salafiyah Wonorejo. Beberapa metode pernah diterapkan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran aksara Jawa di kelas 5 MI Salafiyah Wonorejo dari beberapa metode.

Ternyata metode mencari pasangan (card sort) dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran aksara Jawa. Peserta didik lebih aktif dengan suasana belajar yang menyenangkan.

Pada pembelajaran bahasa Jawa, guru meminta peserta didik untuk mengamati teks aksara Jawa, carakan, sandhangan, pasangan, aksara murda, aksara swara, pada buku peserta didik, kemudian guru memberikan stimulus pada beberapa peserta didik untuk menyalin teks aksara Jawa ke huruf latin di papan tulis dengan guru dan peserta didik lain bertindak sebagai observer (pengamat).

Pada minggu berikutnya saat redesain (merancang ulang) pembelajaran aksara Jawa dilakukan dengan menggunakan pembelajaran metode mencari pasangan. Metode Card Sort adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri dengan cara meyortir kartu atau memilih kartu (Wawasan Pendidikan.com).

Kartu dikocok agar campur, dan dibagikan kepada seluruh peserta didik, dengan hitungan peserta didik berpencar mencari pasangan masing-masing. Setelah seluruh peserta didik mendapatkan pasangan, kartu pasangan ditempel pada tembok atau papan tulis dan dilanjut kegiatan evaluasi.

Jika ada peserta didik yang salah, maka peserta didik tersebut akan mendapatkan sanksi menyanyikan lagu Jawa, dan bagi peserta didik yang benar dalam mencari pasangan akan mendapat reward. Kemudian guru meminta peserta didik untuk duduk kembali, dan guru memberikan stimulus dengan tanya jawab dan memberikan soal menggunakan aksara jawa yang diberikan pada beberapa peserta didik untuk menyalin teks aksara jawa tersebut ke huruf latin di papan tulis dengan guru dan peserta didik lain bertindak sebagai observer (pengamat). Pada tahapan ini banyak peserta didik yang berantusias ingin maju mengerjakan soal.

Tahap berikutnya refleksi, di mana guru memberikan soal aksara Jawa kepada setiap peserta didik untuk menulis dengan huruf latin pada buku tulis peserta didik. Pada tahap ini peserta didik lebih antusias untuk mengerjakan soal.

Dengan demikian metode mencari pasangan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik, di mana peserta didik lebih antusias atau bersemangat dalam belajar aksara Jawa, sesuai dengan tujuan card sort mengaktifkan seluruh individu atau kelompok belajar.

Jadi dalam metode active learning tipe card sort ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi. Gerakan fisik diutamakan dapat membantu untuk memberi energi kepada kelas yang letih dan bosan. (wo/ida)

Guru MI Salafiyah Wonorejo, Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya