31 C
Semarang
Tuesday, 22 April 2025

Mencegah Perundungan melalui Kegiatan Bercerita pada Siswa SD

Oleh : Rini Setyaningsih S.Pd.SD. M.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, PERUNDUNGAN kerap terjadi di lingkungan sekolah. Dapat dilakukan oleh antarindividu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.

Hal ini dapat dilakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja karena berbagai latar belakang. Namun, apapun latar belakang yang menjadi ragam alasan, perundungan bukanlah perilaku yang dibenarkan.

Perundungan di Indonesia menurut data PISA (Programme for International Students Assessment) pada tahun 2018 menunjukkan murid yang mengaku pernah mengalami perundungan (bullying) di Indonesia sebanyak 41,1 persen.

Indonesia menduduki tahta cukup tinggi yakni nomor 5 di dunia dengan predikat negara yang para siswanya mengalami perundungan di sekolah.

Ini merupakan kondisi yang memprihatinkan dan memerlukan upaya pencegahan dan penghentian. Selain mengalami perundungan, murid di Indonesia juga mengalami sebanyak 15 persen intimidasi, 19 persen dikucilkan, 22 persen dihina dan barangnya dicuri.

Selanjutnya sebanyak 14 persen murid di Indonesia mengaku diancam, 18 persen didorong oleh temannya, dan 20 persen terdapat murid yang kabar buruknya disebarkan. Angka-angka tersebut merupakan kalkulasi angka yang mencengangkan.

Terlebih dampak dari perundungan yang diterima oleh siswa dapat mengancam dan membahayakan kesehatan serta keselamatan diri. Dampak yang dialami korban tersebut bukan hanya dampak fisik tapi juga dampak psikis.

Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian. Adanya dampak buruk tersebut maka perundungan harus benar-benar diberantas.

Sekolah pada hakikatnya menjadi tempat untuk memerdekakan anak. Bila perundungan terus menghantui aktivitas anak di lingkungan sekolah, maka kemerdekaan berpikir dan bertindak menjadi tidak ada. Para guru sebagai fasilitator siswa di ruang kelas harus mampu mengintegrasikan aktivitas pembelajaran untuk mencegah perundungan.

Kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan pencegahan perundungan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa Sekolah Dasar (SD) belum memiliki kepercayaan diri untuk melakukan kegiatan bercerita atas perasaan atau peristiwa yang dialami.

Dalam pembelajaran tersebut, guru dapat mengarahkan siswa untuk menyampaikan perasaan melalui kegiatan menulis. Kegiatan menulis dapat merangsang siswa untuk menuangkan pikiran yang sedang dirasakan dan dihadapi.

Instruksi yang dapat dilakukan guru yaitu, 1) meminta siswa untuk mngingat pengalaman masing-masing, 2) meminta siswa untuk memilih salah satu perasaan yang pernah dialami, dan 3) meminta siswa untuk menceritakan lewat tulisan penyebab dari perasaan tersebut.

Instruksi pertama, meminta siswa untuk mengingat pengalaman masing-masing. Guru dapat memberikan contoh pengalaman yang menyenangkan maupun sebaliknya. Tema universal menjadi pembuka agar siswa mengetahui bahwa terdapat berbagai perasaan yang dapat dialami dari berbagai peristiwa. Harapannya siswa mampu mengenali perasaan apa yang sedang dihadapi.

Instruksi kedua, meminta siswa untuk memilih salah satu perasaan yang pernah dialami. Guru dapat mengarahkan hal-hal yang mengandung unsur perundungan, baik secara verbal maupun nonverbal. Di sini guru mulai merangsang siswa untuk menceritakan perundungan yang pernah dialami. Agar memperoleh kepercayaan dari siswa, guru dapat menegaskan untuk merahasiakan apa yang telah disampaikan di dalam cerita.

Instruksi ketiga, meminta siswa untuk menceritakan lewat tulisan penyebab dari perasaan tersebut. Siswa SD Negeri Bangetayu Wetan 01 Kota Semarang diberikan keleluasaan menceritakan perasaan atas peristiwa yang telah dialami melalui tulisan.

Guru memberi arahan agar siswa berpikir atau mengingat penyebab dari perasaan tersebut. Tulisan yang telah dihasilkan oleh siswa kemudian diulas dan dipertimbangkan oleh guru, apakah siswa tersebut mangalami perundungan atau sebaliknya. Hal ini dilakukan sebagai referensi tindak lanjut dari guru kepada siswa.

Apabila guru mampu mendeteksi perundungan lebih dini, maka siswa akan tertangani lebih cepat. Hal ini menjadi aktivitas yang solutif di tengah maraknya perundungan di lingkungan sekolah.

Bila perundungan dapat dihilangkan, maka siswa akan dengan nyaman, tenang, dan aman dalam melangsungkan kemerdekaan berpikir dalam instansi pendidikan. (*/ida)

Guru SD Negeri Bangetayu Wetan 01 Kota Semarang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya