RADARSEMARANG.COM, MATEMATIKA merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup penting, diajarkan di semua jenjang pendidikan sekolah. Termasuk siswa kelas akhir baik SD, SMP, maupun SMA.
Penting, karena pelajaran satu ini diujikan selain bahasa Indonesia. Pembelajaran matematika di sekolah dasar, bertujuan agar siswa mampu dan terampil menerapkan matematika secara konkret.
Peran guru sangat penting di sini, dalam membangun kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. “Pengetahuan atau pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri melalui proses pembelajaran (Jean Piaget).”
Namun, di tempat penulis mengajar, kelas 6 SD Negeri 3 Pengalusan, Mrebet, Purbalingga, hampir sebagian besar siswa mampu memahami materi pelajaran matematika salah satunya tentang bangun ruang. Siswa seringkali salah dalam mengerjakan soal tentang volume bangun ruang.
”Sulit bu guru, dari tadi sudah saya coba, tapi gak paham-paham bu guru,” begitu rata-rata komentar anak didik yang mengalami kesulitan saat mengerjakan soal tentang bangun ruang yang penulis ajarkan.
Memahami kesulitan siswa, penulis kemudian mencoba menggunakan metode pembelajaran dengan menggunakan benda konkret, agar siswa mudah memahami. Fatkhan (2019) menyatakan, media benda konkret sebagai media pembelajaran yang berasal dari benda-benda nyata yang banyak dikenal oleh peserta didik dan mudah didapatkan.
Penulis sengaja menggunakan media benda konkret, untuk sarana pembelajaran kepada anak didik. Karena media ini sering dijumpai di lingkungan sekitar sekolah. Harapannya, siswa memperoleh pengalaman nyata dalam proses pembelajaran melalui bantuan media benda.
Dengan menggunakan media benda konkret ini, siswa memperoleh beberapa keuntungan, di antaranya peserta didik semaksimal mungkin mempelajari sesuatu atau mengerjakan tugas seperti situasi yang sebenarnya. Bahkan, siswa mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya dalam proses pembelajaran dan dengan menggunakan alat inderanya.
Peserta didik memperoleh keterampilan belajar dari media konkret, khususnya dalam materi bangun ruang dan menghitung volumenya. Seperti saat siswa mempelajari bangun ruang yang dibedakan menjadi dua jenis yaitu, bangun ruang sisi lengkung dan sisi datar.
Penulis lantas memberikan contoh bangun ruang sisi lengkung seperti kerucut, bola, dan tabung. Siswa mengenal bangun ruang sisi datar, contohnya, kubus, balok, limas, dan prisma. Untuk memudahkan pemahaman siswa tentang materi ini, penulis menggunakan media konkret yang ada di sekolah, yakni alat peraga matematika, dan benda konkret yang dibawa siswa dari rumah.
Bahkan, alat yang ada di sekolah dan yang dibawa siswa bisa digunakan sebagai media pembelajaran. Seperti lemari, meja etalase, bola, globe, topi terompet, dan lain-lain sebagainya. Semua itu dapat dimanfaatkan siswa untuk mengajarkan berbagai bangun ruang.
Ternyata, metode pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret ini, lebih memudahkan siswa dengan cepat memahami materi tentang bangun ruang yang penulis ajarkan. Selain karena siswa melihat dan mempraktikkan secara langsung, siswa juga seperti “diajak bermain” dalam menggunakan media benda konkret ini. Tentu saja, mereka merasa senang.
Selaras dengan yang disampaikan Conny R Semiawan (2008: 20), bahwa bermain dijadikan sebagai salah satu alat utama belajar. Bermain dikatakan medium karena anak mencobakannya dan tidak hanya di dalam fantasinya, tetapi nyata aktivitas yang dilakukan anak.
Terbukti, dengan menggunakan media benda konkret ini, bisa menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan semangat belajar matematika terutama materi bangun ruang di kelas tempat penulis mengajar. (*/ida)
Guru Kelas 6 SD Negeri 3 Pengalusan, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga