RADARSEMARANG.COM, Kita perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan akan didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.
Perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru.
Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru.
Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator.
Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah. Sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.
Sebagai makhluk individual, manusia tidak bisa hidup sendiri dan tentunya berbeda satu dengan yang lainnya. Karena sifatnya yang individual, maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya. Sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial.
Makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan, maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai).
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa. Dalam pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk kreatif dan berperan relatif berbeda dari pembelajaran tradisional. Salah satu pembelajaran kooperatif dengan model Think-Pair-Share (TPS).
Pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share membelajarkan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespons serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, guru akan menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas.
Selanjutnya, guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca.
Penulis menerapkan pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share ini pada mapel IPS Kompetensi Dasar (KD) Menganalisis posisi dan peran Indonesia dalam kerja sama di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan dalam lingkup ASEAN. Adapun langkah-langkah pembelajaran model Think-Pair-Share kelompok secara keseluruhan, sebagai berikut: pertama, berpikir (thinking).
Guru mengajukan pertanyaan yang terkait dengan peran dan posisi Indonesia dalam kerja sama di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan dalam lingkup ASEAN dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban dari masalah tersebut.
Kedua, berpasangan (pairing). Selanjutnya guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama suaatu masalah khusus telah diidentitifikasi. Guru memberi waktu kepada siswa sekitar 4 sampai 5 menit untuk berpasangan.
Ketiga, berbagai (sharing). Pada langkah akhir ini, guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Guru berkeliling kelas dan memberi kesempatan pasangan yang satu ke pasangan yang lain untuk saling berinteraksi. Sehingga seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.
Pembelajaran kooperatif model Think-Pair-Share memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas 6 di SD Negeri 4 Baturetno pada pembelajaran IPS KD Menganalisis posisi dan peran Indonesia dalam kerja sama di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi, dan pendidikan dalam lingkup ASEAN. (*)
Guru SD Negeri 4 Baturetno, Kec. Baturetno, Kab.Wonogiri