RADARSEMARANG.COM, Pada dasarnya siswa sekolah dasar merupakan anak didik yang penalarannya masih kurang.
Mereka memiliki pola pikir yang masih dalam jenjang bermain. Sehingga segala sesuatu yang ingin dicapai harus melalui permainan benda konkret.
Sebagai tenaga pendidik harus paham bahwa apa yang dilakukan mereka merupakan hal yang wajar.
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar Negeri 01 Bojongkoneng materi penjumlahan dan pengurangan sudah terbiasa diajarkan pada siswa kelas III, namun tidak semua yang diajarkan guru siswa dapat menyerap pelajaran dengan baik.
Pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan yang dilakukan selama ini masih pasif. Siswa tidak aktif dan kreatif sehingga ketika mengerjakan soal ulangan banyak siswa yang belum paham. Hasilnyapun kurang memuaskan. Terlihat dari jumlah empat puluh sembilan siswa, ada sepuluh anak yang nilainya di bawah KKM.
Ada kemungkinan dalam pembelajaran matematika, siswa tidak memahami konsep secara penuh. Terutama dalam penyelesaian masalah tentang penjumlahan dan pengurangan.
Setelah direfleksi ternyata saat pembelajaran guru belum menggunakan alat peraga sehingga siswa kurang memahami pelajaran.
Agar siswa dapat lebih memahami konsep dan termotivasi pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan maka guru menggunakan alat peraga garis bilangan.
Menurut Wahyudin (dalam skripsi Mazidatur, 2012:2) matematika merupakan pelajaran yang tidak mudah diajarkan maupun dipelajari untuk sebagian orang. Karena matematika merupakan pelajaran yang hierarkis, sehingga untuk mempelajari materi baru seringkali memerlukan pemahaman yang lebih baik dari materi yang sebelumnya.
Menurut Jean Piaget kemudian diperkuat oleh Wiliam Brownel dalam teori belajar ”MeaningTheory” mengatakan dalam mengajarkan matematika di sekolah dasar sebaiknya menggunakan alat peraga benda konkret dan materi disajikan secara permanen dan terus-menerus dalam waktu yang lama.
Jerome S.Brunner mengatakan dalam teori belajar matematika ada tiga tahapan pembelajaran yang hendak dilaksanakan secara berurutan. Yakni tahap enaktif yaitu menggunakan benda konkret dalam belajar. Kemudian tahap ekonik yaitu tahap penggunaan gambar atau grafik. Lalu tahap simbolik yaitu penggunaan kata-kata dan simbol.
Dengan memanfaatkan alat peraga garis bilangan untuk materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat maka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : siapkan garis bilangan, objek diletakkan pada posisi nol. Melihat bilangan pada soal yang diberikan. Yaitu jika bilangan pertama adalah bilangan bulat positif maka objek menghadap ke kanan. Sebaliknya, jika bilangan pertamanya adalah bilangan bulat negatif maka posisi objek menghadap ke kiri. Menjalankan objek tersebut di atas garis bilangan sesuai jarak garis bilangan yang pertama.
Kemudian melihat bilangan yang ke dua dalam soal untuk menentukan kelanjutan perjalanan objek dengan aturan jika bilangan kedua adalah bilangan bulat positif maka objek dihadapkan ke kanan. Sebaliknya, jika bilangan kedua adalah bilangan negatif, objek dihadapkan ke kiri. Pada operasi hitung penjumlahan, maka objek berjalan maju. Pada operasi hitung pengurangan, maka objek berjalan mundur. Meletakkan objek di posisi terakhir perjalanan garis bilangan. Selanjutnya hasil terakhir ditandai dengan anak panah, mencatat posisi terakhir sebagai operasi hitung yang ditanyakan. Lalu ulangi dari awal untuk soal selanjutnya.
Dengan penggunaan alat peraga garis bilangan untuk pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan di SD Negeri 01 Bojongkoneng Kecamatan Kandangserang dapat menuai hasil yang memuaskan. Terbukti dari hasil ulangan siswa kelas III, jumlah 49 siswa nilai capaiannya rata-rata sudah di atas KKM. (gp/lis)
Guru SDN 01 Bojongkoneng, Kec. Kandangserang, Kabupaten Pekalongan