RADARSEMARANG.COM, Belajar teks deskripsi menjadi sangat mengasyikan jika pengelolaan pembelajarannya dapat dilaksanakan dengan menyenangkan dan berpusat pada kegiatan peserta didik. Namun apa yang terjadi di lapangan?
Banyak sekali kita jumpai, pembelajaran kurang memberikan suasana menyenangkan di lingkup peserta didik. Kurangnya percaya diri dan minimnya kosakata juga menjadi kendala mereka ketika belajar mengenai sebuah teks.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pembelajaran tentang descriptive text yang menarik dan menyenangkan adalah metode action learning.
Menurut WIAL-World Institute for Action Learning (2015) action learning is a new way of thinking, doing business and interacting in a team.
Ungkapan tersebut artinya action learning adalah sebuah proses yang melibatkan kerja dari kelompok kecil ke dalam masalah yang sesungguhnya kemudian mengambil suatu tindakan dan belajar sebagai seorang individu, sebagai sebuah tim atau organisasi.
Hal itu ternyata membantu siswa mempunyai strategi yang kreatif, fleksibel dan sukses dalam mengatasi masalah.
Dengan action learning diharapkan guru memiliki peran penting dalam mewujudkan suasana kelas yang nyaman bagi para peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga peserta didik merasa senang dan tertarik untuk belajar bahasa Inggris secara langsung dan mampu menerapkan pengetahuannya tersebut ke dalam dunia nyata.
Salah satu contoh implementasi metode action learning dalam pembelajaran di SMP Negeri 1 Windusari untuk materi descriptive text adalah sebagai berikut: peserta didik diperkenalkan topik tentang description of people dengan memberikan latar belakang informasi melalui pelajaran yang didasarkan pada ceramah yang singkat dan diskusi kelas.
Selanjutnya peserta didik diberi kesempatan mengalami topik itu secara langsung dengan mengadakan perjalanan lapangan (field trip) pada setting kehidupan nyata.
Peserta didik dibagi menjadi sub-kelompok empat atau lima dan diminta mengembangkan daftar pertanyaan atau hal-hal khusus yang seharusnya peserta didik cari selama melakukan field trip. Karena yang dibahas adalah descriptive text maka daftar pertanyaannya bisa tentang physical appearance, habitual action, hobby or favorite food dan yang terkait lainnya.
Setelah itu setiap kelompok akan mendiskusikan hasil dari pertanyaan tersebut dan menjadikan sebuah teks deskripsi utuh. Tahap terakhir, peserta didik mempraktikkan hasil dari field trip. Dari pengalaman belajar seperti itu memberikan pengaruh positif terhadap peserta didik karena tingkat kepercayaan diri mereka menjadi lebih baik.
Namun setiap metode pembelajaran yang digunakan tentu tidak dapat terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, termasuk pembelajaran dengan menggunakan action learning ini.
Agustina (2016) mengatakan ada tujuh keuntungan dan dua kelemahan dalam pembelajaran menggunakan action learning. Kelebihannya adalah berpusat pada peserta didik, penekanan pada menemukan pengetahuan bukan menerima pengetahuan, sangat menyenangkan dan membuat peserta didik lebih percaya diri, memberdayakan semua potensi dan indra peserta didik.
Juga menggunakan metode yang bervariasi, menggunakan banyak media, disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada. Sedangkan kelemahannya, peserta didik sulit mengorientasikan pemikirannya, ketika tidak didampingi oleh pendidik, pembahasan terkesan ke segala arah atau tidak terfokus.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa action learning membahas tentang sebuah proses pemecahan masalah tanpa melakukan judgment tetapi dengan cara memunculkan pertanyaan-pertanyaan terkait masalah itu sebanyak mungkin. Dengan menggunakan metode ini siswa mampu belajar memahami materi yang dipelajarinya di lingkungan yang berbeda (luar kelas). Hal itu akan menjadikan siswa lebih tertarik untuk belajar bahasa Inggris. (ut/lis)
Guru Bahasa Inggris SMPN 1 Windusari, Kabupaten Magelang
