RADARSEMARANG.COM, AKHIR-akhir ini sering kita dengar maraknya perkelahian, pertikaian antar pelajar. Begitu miris dan begitu menyedihkan pelajar yang harusnya sebagai tonggak penerus bangsa dan di pundak mereka dititipkan negara Indonesia ini.
Perkelahian dan pertikaian antara pelajar biasanya hanya dipicu oleh masalah sepele contohnya seperti senggolan, atau rebutan orang yang ditaksir yang akhirnya bisa memicu keegoisan serta sikap yang mau menang sendiri.
Nilai-nilai Pancasila yang seharusnya bisa tertanam di sanubari para pelajar lambat laun mulai luntur. Rasa menghargai perbedaan mulai pudar dan terganti dengan apatis serta keegoisan.
Pada masa sekarang para pelajar cenderung meniru hal-hal yang kurang sepantasnya, seperti yang marak di media sosial, padahal seharusnya perilaku pelajar harus terpelajar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang diajarkan di sekolah melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Seharusnya siswa bisa memanfaatkan teknologi yang berkembang untuk mengembangkan hal-hal yang ada pada diri siswa, dan memanfaatkan kecanggihan teknologi sekarang melalui media seperti adanya youtube, facebook, twitter dan masih banyak lagi, dan siswa bisa menerapkan perilaku yang mereka lihat dan contoh disesuaikan dengan penerapan dan penanaman Pancasila di kehidupan sehari-hari. Untuk itu diperlukan keterlibatan semua fihak baik dari keluarga, sekolah, masyarakat maupun negara.
Masih terngiang jelas bunyi “Sumpah Pemuda” di mana para Pemuda Pemudi Indonesia berikhar/berjanji jika sumpah tersebut difahami oleh pemuda pemudi sekarang pastilah negara Indonesia ini damai, aman dan kedepannya bisa sejajar dengan negara-negara maju yang ada di dunia ini, karena pemuda adalah penerus perjuangan para pahlawan demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, itu semua juga berkaitan dengan pendidikan yang ada di negara Indonesia.
Pendidikan merupakan sebuah usaha/proses yang melibatkan pesrta didik dan pengajar dalam suatu waktu dengan tujuan mencapai manusia yang bermartabat. Pendidikan kadang menimbulkan suatu permasalahan pro dan kontra dalam masyarakat, karena dalam suatu lingkup masyarakat masih banyak anggapan yang mengatakan pendidikan itu mahal, padahal jika dikaji lebih dalam suatu pendidikan dapat dikatakan berhasil atau tidak tergantung pada hasil dari pendidikan itu sendiri.
Sering kita temui orang yang menganggap nilai dari hasil belajar merupakan hasil dari pendidikan padahal itu salah besar. Bagaimana seseorang terbentuk menjadi manusia yang semestinya adalah inti dari pendidikan kita. Apakah anak-anak yang setiap hari ke sekolah itu menjadi manusia yang lebih baik? Untuk itu di perlukan keterlibatan dari semua fihak baik dari keluarga, sekolah, masyarakat dan negara, supaya dengan pendidikan anak bisa punya harkat, derajat dan martabat demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk mengatasi problema saat ini dimana maraknya perkelahian, pertikaian, tawuran antara pelajar penulis mencoba menerapkan pembelajaran yang memicu anak asyik, bersemangat dan menyenangi pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Pada mater “Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa,” penulis membentuk kelompok menjadi 5, masing-masing kelompok mendapatkan undian untuk berdiskusi dengan kelompoknya ada yang mendapat penanaman nilai-nilai Pancasila pada sila pertama Pancasila, sila kedua Pancasila, sila ketiga Pancasila, sila keempat Pancasila, sila kelima Pancasila sesuai dengan undian yang kelompok mereka mengambilnya.
Setelah itu masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil dari kerja kelompoknya ke depan kelas, sedangkan kelompok yang lain mendengarkan dan memberikan tanggapan dari kelompok lain yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Alhamdulillah dengan metode yang penulis terapkan pada siswa kelas VIII di SMPN 2 Brangsong pada semester 1, siswa semakin antusias dan bersemangat dalam pembelajaran PPKn, dan bagi penulis yang terpenting adalah munculnya rasa persatuan, kesatuan, kebersamaan, toleransi, persaudaraan dan saling menghargai.
Alhamdulillah dengan metode ini ada peningkatan nilai bagi siswa kelas VIII di SMPN 2 Brangsong walau belum maxsimal 100 perssen tetapi yang terpenting sudah bisa mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). (una/zal)
Guru SMPN 2 Brangsong, Kendal