RADARSEMARANG.COM, PEMIKIRAN filosofis Ki Hadjar Dewantara dinilai masih relevan untuk diterapkan pada dunia pendidikan saat ini.
Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Ki Hadjar Dewantara juga mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, anak perlu diberikan kebebasan dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para pendidik agar tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya.
Semangat agar anak bisa bebas belajar, berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia ini yang akhirnya menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini, Merdeka Belajar.
Kemerdekaan belajar serta membengun karakter yang sesuai dengan tingkat pendidikan sebagai perwujudan pelajar yang dapat menyesuaikan pengambangan diri untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh dengan enam dimensi pembentuknya.
Dimensi ini antara lain, 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Keenam dimensi ini perlu dilihat sebagai satu buah kesatuan yang tidak terpisahkan.
Salah satu pilar pelajar Pancasila adalah pembentukan karakter kreatif. Menurut Supriyadi (1994), kreativitas adalah kemampuan seseorang melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.
Sedangkan menurut Semiawan (1997), kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan pemikiran tersebut, pembentukan karakter siswa dengan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas XI SMK Negeri 1 Semarang, melalui membuat poster yang memperkenalkan siswa pada produk pangan lokal cukup efektif.
Apalagi selama ini produk tersebut belum dikenal masyarakat sebagai bahan pangan alternatif yang bisa dikembangkan di Indonesia.
Pembelajaran ini diawali dari pengenalan pada paragraf deduktif dan induktif melalui wacana eksposisi. Disajikan wacana eksposisi tentang penemuan terbaru di masyarakat.
Selanjutnya, siswa dapat menemukan jenis paragraph serta menemukan kalimat utama pada tiap paragraf, dengan pertanyaan pematik ”Dalam satu paragraph yang baik terdapat berapa ide pokok?” dan “Ide pokok tersebut dijabarkan dalam ide penjelas, berapa minimal kalimat penjelas?” Melalui pertanyaan tematik ini diharapkan siswa terbantu memahami paragraf beserta ide pokok pada wacana eksposisi.
Menggunakan metode pembelajaran berdiskusi dalam menemukan jawaban berdasarkan pertanyaan pematik guru
Pertanyaan pematik selanjutnya adalah, “Sebutkan permasalah permasalahan apa yang terjadi disekitarmu yang perlu mendapat solusi segera?” Hal ini memunculkan beragam jawaban. Siswa diminta menyampaikan jawaban berupa fakta dan opini tentang masalah yang terjadi di daerah sekitar tempat tinggalnya. Selajutnya, pilihlah salah satu persoalan yang paling mendesak untuk segera ditangani masyarakat maupun pemerintah.
Guru membangun ide siswa dengan melontarkan pertanyaan pematik, “sumber pangan pokok masyarakat di Indonesia tidak hanya dari beras saja, jelaskan sumber pangan lain yang ada di sekitarmu yang dapat dikonsumsi selain beras? Selanjutnya siswa berdiskusi untuk menentukan sumber pangan lain selain beras, mereka mengemukakan disertai alasan pendukung opini dan masing-masing kelompok menyampaikan argumentasi.
Dari argumentasi siswa, guru bersama siswa menyimpulkan bahwa apa yang mereka sampaikan adalah benar, disertai dengan tambahan informasi guru. Kemudian siswa secara individu diminta memahami tentang beras analog. Apa itu beras analag, bagaimana bentuknya, apakah bahan bakunya dan pengolahannya?
Pada akhir proses pembelajaran, siswa diminta membuat poster sesuai dengan kreativitas masing-masing dengan tema beras analog. Setiap siswa diberikan kebebasan berkreasi untuk menerjemahkan dalam gambar tentang beras analag.
Meskipun dengan tema yang sama, tidak ada satupun yang menggambar poster sama, karena siswa memiliki asumsi dan kreativitas yang tidak sama. Dengan semangat Merdeka Belajar, siswa memunculkan ide kreatif dan unik dalam membuat poster manual dengan kertas gambar untuk memperkenalkan produk pangan lokal di Indonesia. (ko2/ida)
Guru Bahasa Indonesia SMK Negeri 1 Semarang