RADARSEMARANG.COM, PEMBELAJARAN di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sangat mengandalkan metode yang aplikatif dan menarik. Pembelajaran menarik berarti memikat anak-anak untuk betah mempelajari materi Otomatisasi Tata Kelola Sarana dan Prasarana (OTK Sarpras).
Apabila siswa sudah tertarik dengan pembelajaran, akan dengan mudah meningatkan prestasi siswa dalam belajar. Jika siswa merasa pembelajaran sangat membosankan, itu karena mereka sudah merasa bisa.
Selain itu, penyampaian materi yang kurang menarik sehingga secara tidak langsung, siswa menjadi lemah dalam penangkapan materi tersebut. Problem pembelajaran tersebut yang penulis rasakan selama ini.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) nomor 20 tahun 2003 menyatakan, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbaga model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru (Amri dan Ahmadi, 2010).
Melihat kondisi tersebut, menuntut penulis untuk mengambil alternatif yaitu dengan menggunakan model pembelajaran PjBL (Project Based Learning). Istarani (2011:156) berpendapat bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.
Lebih lanjut, Thomas dkk (dalam Wena, 2008:144) menyatakan, pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.
Abidin (2014: 172) menjelaskan, tahapan PjBL. Tahapan Praproyek. Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru di luar jam pelajaran. Pada tahap ini guru merancang deskripsi proyek, menentukan batu pijakan proyek, menyiapkan media dan berbagai sumber belajar, dan menyiapkan kondisi pembelajaran.
Fase 1, mengidentifikasi masalah. Pada tahap ini siswa melakukan pengamatan terhadap objek tertentu. Berdasarkan pengamatan tersebut, siswa mengidentifikasi masalah dan membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan.
Fase 2, membuat desain dan jadwal pelaksanaan proyek. Pada tahap ini siswa secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok ataupun dengan guru mulai merancang proyek yang akan mereka buat, menentukan penjadwalan pekerjaan proyek, dan melakukan aktivitas persiapan lainnya. Fase 3, melaksanakan penelitian.
Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan penelitian awal sebagai model dasar bagi produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut siswa mengumpulkan data dan selanjutnya menganalisis data tersebut dengan teknik analisis data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.
Fase 4, menyusun draf produk. Pada tahap ini siswa mulai membuat produk awal sebagai rencana dan hasil penelitian yang dilakukannya. Fase 5, mengukur, menilai, dan memperbaiki produk. Pada tahap ini siswa melihat kembali produk awal yang dibuat, mencari kelemahan, dan memperbaiki produk tersebut.
Dalam praktiknya, kegiatan mengukur dan menilai produk dapat dilakukan dengan meminta pendapat atau kritik dari anggota kelompok lain ataupun dari guru. Fase 6, finalisasi dan publikasi produk. Pada tahap ini siswa melakukan finalisasi produk.
Setelah diyakini sesuai dengan harapan, produk dipublikasikan. Pasca proyek. Pada tahap ini guru menilai, memberikan penguatan, masukan, dan saran perbaikan atas produk yang telah dihasilkan siswa.
Setelah melaksanakan pembelajaran PjBL, penulis mendapatkan terjadinya peningkatan motivasi, siswa menjadi lebih aktif, kreatif dalam memecahkan masalah, dan terampil berkomunikasi. Model PjBL menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata dan membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun pendidik menikmati proses pembelajaran. (kj2/ida)
Guru OTK Sarpras SMK Muhammadiyah 01 Keling