RADARSEMARANG.COM, DI masa sekarang ini, telah dibuka pembelajran tatak muka (PTM) di berbagai sekolah. PTM menjadi salah satu bentuk pembelajaran yang dinilai efektif untuk mengubah tingkah laku siswa yang mengalami learning loss. Learning loss disebut sebagai salah satu bentuk penurunan capaian belajar.
Di dalam PTM terbatas terjadi interaksi secara langsung antara guru dengan peserta didik. PTM di masa pandemi seperti ini bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan. Semua membutuhkan adaptasi, baik dari sisi tenaga pendidik maupun peserta didik, fasilitas yang menunjang pelaksanaan pembelajaran, dan kesiapan guru dalam pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas berlangsung normal, meski ketersediaan waktu sebagaimana aturan pemerintah. Keterbatasan waktu dalam kegiatan PTM terbatas mengakibatkan guru kesulitan menyampaikan materi secara tuntas dan menyeluruh.
Selain masalah di atas, pembelajaran di masa PTM ini, guru menghadapi fakta-fakta di kelas bahwa siswa yang mengalami learning loss dalam waktu lama, kurang lebih 2 tahun selama masa pandemi, belum bersemangat dan termotivasi untuk kembali belajar aktif di kelas. Fakta ini dialami juga oleh siswa kelas XI IPS SMAN 1 Dukun Magelang saat pembelajaran Sejarah.
Dalam pelajaran Sejarah tentunya banyak aktifitas menulis. Tradisi mencatat merupakan pembiasaan motorik tangan siswa untuk membuat catatan (Hariwurdani, 2002: 45). Namun, jauh sebelum masa pandemi Covid-19, dan pasca pandemi, kebiasaan mencatat sudah luntur seiring kebiasaan copy paste dan learning loss.
Dengan melihat kondisi ini, guru Sejarah harus mencari dan menemukan strategi-strategi untuk membangkitkan selera siswa agar kembali belajar aktif seperti masa masa sebelum pandemi Covid-19. Konsep belajar aktif dengan model guided note taking menjadi pilihan guru sejarah kelas XI SMAN 1 Dukun Magelang.
Guided note taking (catatan terbimbing) merupakan salah satu model pembelajaran yang penulis gunakan untuk mengajar mata pelajaran Sejarah di kelas. Siswa di kelas sudah paham jika ada instruksi guided note taking. Ada berbagai macam metode untuk membuat catatan terbimbing ini.
Penulis memilih cara yang paling sederhana, yaitu dengan melibatkan pengisisan blangko (Silberman, 1996:103).
Model guided note taking ini tidak bisa sembarangan dilakukan. Catatan terbimbing ini, sekalipun mencatat, tetap ada cara dan tekniknya. Misalnya, dengan membuat warna-warni dan gambar atau istilahnya mencatat dengan sentuhan seni.
Hal ini bertujuan agar catatan lebih menarik dan siwa mudah dalam memahami pelajaran, mengulang-ulang materi.
Metode guided note taking menjadi pilihan guru sejarah untuk mengatasi dampak buruk tekonologi dalam perkembangan belajar, yaitu malas menulis, serta mengembalikan selera belajar dan selera membaca siswa di masa PTM terbatas.
Kesulitan guru dalam menyampaikan materi secara tuntas dan menyeluruh pun akan tercapai dengan model pembelajaran ini. Karena, dengan guided note taking, secara tidak langsung siswa memiliki catatan tertulis lengkap yang merupakan hasil karya seni mereka dan nantinya bisa dikembangkan menjadi salah satu alat belajar siswa. (*/ida)
Guru Sejarah SMA Negeri 1 Dukun, Magelang