RADARSEMARANG.COM, IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan. Termasuk di dalamnya adalah jenjang SMP. Salah satu materi dalam mata pelajaran IPS di jenjang SMP adalah keberagaman lingkungan sekitar. Materi ini sangat esensi dikuasai oleh peserta didik. Karena dengan menguasai materi keberagaman lingkungan sekitar maka dimungkinkan peserta didik akan mampu menguasasi materi lain dengan tingkat kesulitan yang lebih rendah.
Selain itu melalui materi keberagaman lingkungan sekitar, kemampuan berpikir kritis anak digali secara optimal. Dalam buku IPS Kelas VII (2021) disebutkan, tujuan pembelajaran IPS materi keberagaman lingkungan sekitar, peserta didik diharapkan mampu: membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena lingkungan sekitar sebagai proses geografis.
Kemudian mengenal/mengidentifikasi kehidupan masyarakat masa praaksara pada aspek sosial-ekonomi, menjelaskan proses interaksi sosial berdasarkan karakteristik ruang. Juga membandingkan persamaan dan perbedaan suatu lokasi berdasarkan kondisi alam dan komposisi penduduknya), menganalisis perubahan karakterisitik lokasi dari waktu ke waktu berdasarkan aspek fisik dan sosial.
Fakta di lapangan, selama ini pencapaian hasil belajar IPS materi keberagaman lingkungan sekitar belum optimal. Asumsi ini berdasar pada data empirik tahun 2019/2020 dari 32 siswa yang tuntas KKM pada materi tersebut hanya 28 persen, 72 persen siswa yang lain tidak tuntas KKM. Pada tahun 2020/2021 dari 32 siswa yang tuntas KKM hanya 25 persen saja, 75 persen siswa tidak tuntas KKM.
Asumsi ini menguatkan bahwa perbaikan pada hasil belajar keberagaman lingkungan sekitar mata pelajaran IPS harus segera dilakukan. Kalau tidak, berdampak negatif pada pencapaian hasil belajar IPS secara umum.
Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk memperbaiki kualitas hasil belajar IPS terutama materi keberagaman lingkungan sekitar, guru akan menerapkan model pembelajaran make a macth. Dipilihnya model pembelajaran ini karena beberapa pertimbangan antara lain; pertama, model ini dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk bisa mencari para pasangan dalam belajar yang berkaitan dengan beragam topik berdasar suasana yang terwujud dalam kelas.
Kedua, peserta didik secara tidak langsung akan senang dengan kehadiran beragam kegiatan belajar. Ketiga, salah satu skill meningkat yakni kemampuan peserta didik dalam mempelajari rasa untuk sosial dan bertanggung jawab dalam penyelesaian masalah yang diberikan oleh guru.
Asumsi ini diperkuat oleh Rusman (2011) bahwa model make a match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Anita Lie (2008) menyatakan model pembelajaran tipe make a match atau bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Peningkatan hasil belajar IPS materi keberagaman lingkungan sekitar melalui model pembelajaran make a match dapat tercapai di kelas 7F SMP Negeri 9 Kota Magelang.
Penulis mengajak guru-guru IPS menggunakan metode pembelajaran make a match sebagai alternatif dalam pembelajaran. Menerapkan hal ini merupakan upaya konkrit guru dalam membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar pada tatanan ideal dan optimal. (ut/lis)
Guru SMPN 9 Kota Magelang