RADARSEMARANG.COM, Sebagai guru sering dihadapkan pada permasalahan yang berkaitan dengan keaktifan, hasil belajar maupun prestasi belajar siswa yang belum sesuai harapan. Proses pembelajaran yang masih berorientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan dalam semua bidang studi yang menyebabkan kemampuan belajar siswa menjadi terhambat.
Pembelajaran yang terpusat pada guru tanpa sedikitpun memberikan kesempatan pada siswa akan menyebabkan siswa terbelenggu oleh aturan dan penggunaan strategi yang monoton dan membosankan.
Model pembelajaran yang berpusat pada guru atau konvensional juga hanya didominasi oleh siswa yang pintar. Model pembelajaran yang terlalu berorientasi pada guru cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta pertumbuhan dan perkembangan Siswa sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan menjadi kurang optimal.
Oleh sebab itu, guru perlu menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan, menantang dan mencerdaskan siswa, sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Salah satunya adalah model pembelajaran Team Games Tournament (TGT).
Model pembelajaran TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan tiga sampai lima orang. Siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda.
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya, rasa percaya diri siswa menjadi tinggi, perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil, motivasi belajar siswa bertambah, pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi pelajaran, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru, dan kerja sama antarsiswa akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri atas lima tahap: yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).
Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor. Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka.
Pembelajaran di SMP Negeri 38 Semarang kelas IX pada materi Bela Negara dalam Konteks NKRI menggunakan model pembelajaran TGT. Hal-hal yang perlu disiapkan, antara lain guru menyiapkan kartu soal, lembar kerja siswa, dan alat/bahan lain yang diperlukan.
Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya empat orang) dan guru mengarahkan aturan permainan.
Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.
Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja didalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.
Aturan (skenario) permainan, dalam satu permainan terdiri atas kelompok penantang I, kelompok penantang II, dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada. Kelompok pembaca, bertugas: (1) Ambil kartu bernomor dan cari pertanyaan pada lembar permainan; (2) Baca pertanyaan dengan keras; (3) Beri jawaban.
Kelompok penantang kesatu bertugas: Menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang kedua: (1) Menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda; (2) Cek lembar jawaban. Kegiatan ini dilakukan secara bergilir (games ruler).
Melalui pembelajaran Team Games Tournament diharapkan pembelajaran PPKn menjadi lebih hidup dan menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kraetivitas siswa materi Bela Negara dalam Konteks NKRI. (ks2/aro)
Guru PPKn SMP Negeri 38 Semarang