RADARSEMARANG.COM, Teknik memasak “deep frying” (menggoreng dengan jumlah minyak melimpah) merupakan salah satu teknik memasak yang banyak dilakukan masyarakat. Hampir seluruh jenis makanan yang disukai masyarakat adalah makanan yang digoreng. Hal ini mengakibatkan limbah minyak jelantah semakin banyak.
Melonjaknya harga minyak goreng yang tinggi, terkadang membuat kita tergoda untuk memanfaatkan minyak jelantah untuk menggoreng kembali. Tetapi minyak jelantah tentunya akan membawa dampak buruk bagi kesehatan jika dikonsumsi. Jika hanya dibuang juba akan membuat masalah bagi lingkungan.
Sifat minyak yang membutuhkan waktu lama untuk terurai dan tidak dapat larut di dalam air membuat lingkungan berbau dan saluran air mudah tersumbat karena minyak yang menempel pada dinding pipa atau pinggiran got. Demikian juga jika minyak sampai di permukaan badan perairan. Minyak di permukaan akan menyebabkan berkurangnya kadar oksigen yang kemudian akan mengakibatkan kematian biota air.
Lantas bagaimana cara yang tepat untuk mengelola minyak jelantah? Itulah permasalahan yang diutarakan ke peserta didik kelas X Kuliner, SMK Negeri 1 Tengaran Tahun Pelajaran 2021/2022 sebagai pengantar pembelajaran Mata Pelajaran Proyek IPAS.
Mata pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial), seperti termuat di Kepmendikbud Riset Nomor 262, Tahun 2022, IPAS merupakan salah satu mata pelajaran kejuruan SMK pada kurikulum Merdeka. IPAS merupakan integrasi antara natural science dan social science.
Mata pelajaran ini bertujuan membekali peserta didik dengan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap (hardskill dan softskill). Salah satunya adalah mampu menemukan solusi dari masalah yang dihadapi melalui sains baik masalah individu maupun masyarakat.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial dikemas dalam bentuk proyek (project-based learning) yang mengintegrasikan beberapa elemen konten yang mengacu pada kompetensi literasi saintifik. Yaitu menjelaskan fenomena secara ilmiah, mendesain dan mengevaluasi penyelidikan ilmiah, menerjemahkan data dan bukti-bukti secara ilmiah.
Secara keseluruhan aspek mapel IPAS ada 7 yaitu, makhluk hidup dan lingkungannya; zat dan perubahannya; energi dan perubahannya; bumi dan antariksa; keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu; interaksi, komunikasi, sosialisasi, institusi sosial dan dinamika sosial; serta perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Proyek Pembuatan sabun dari limbah minyak jelantah adalah proyek yang dipilih peserta didik kelas X Kuliner SMK Negeri 1 Tengaran Tahun Pelajaran 2021/2022. Di awal pembelajaran, guru mengutarakan masalah dampak negatif limbah. Kemudian peserta didik diajak mencari pemecahan masalah mengenai pengolahan limbah minyak goreng.
Mereka diminta melakukan studi referensi mengenai dampak limbah minyak goreng terhadap lingkungan dan terhadap kesehatan. Tahap ini mereka sebenarnya dibawa untuk menguasai konsep mengenai makhluk hidup dan lingkungan. Dari sini mereka mengetahui bahwa keseimbangan lingkungan sangat penting untuk dipertahankan.
Salah satu cara menjaga keseimbangan lingkungan adalah dengan mencegah pencemaran lingkungan oleh suatu limbah. Untuk itu cara-cara mengelola limbah penting untuk mereka ketahui. Dari studi referensi kemudian munculah ide pengolahan minyak jelantah menjadi sabun cuci batangan. Pemilihan ini didasarkan atas pertimbangan waktu, ketersediaan alat dan bahan serta tingkat kesulitan dalam proses pembuatan.
Pelaksanaan proyek pembuatan sabun dari limbah minyak jelantah dilakukan secara bertahap sesuai tahapan model pembelajaran berbasis proyek. Peserta didik diberi permasalahan mengenai cara mengelola limbah jelantah yang tidak mengganggu kesehatan maupun lingkungan hidup. Peserta didik kemudian memilih mengolah limbah minyak goreng menjadi sabun. Proyek dilaksanakan dalam kelompok kerja.
Masing-masing kelompok menyusun rancangan proyeknya. Meliputi persiapan alat dan bahan, tempat pembuatan, model sabun, kemasan sabun. Setiap tahapan kerja dicermati dan dijadwalkan. Masing-masing kelompok menaati jadwal, misalnya kapan mengumpulkan minyak jelantah, menjernihkannya dan mengolahnya menjadi sabun.
Saat peserta didik menyusun rancangan pengerjaan proyek, guru menjelaskan konsep-konsep dari aspek zat dan perubahannya. Penilaian yang diambil meliputi rancangan proyek, jadwal, proses kerja dan kualitas produk.
Hal ini sesuai dengan salah satu capaian pembelajaran PIPAS yaitu dapat menentukan dan mengikuti prosedur yang tepat untuk melakukan penyelidikan ilmiah dan menjelaskan cara penyelidikan yang tepat bagi suatu pertanyaan ilmiah.
Setiap kelompok telah berhasil membuat 5-7 potong sabun dari 250 mL minyak jelantah dengan tambahan 40 gr natrium hidroksida dan 150 mL air. Dari hasil uji produk diketahui sabun yang dihasilkan dapat mencuci kotoran pada kain dengan baik. Tetapi masih ada kekurangannya yaitu bau dari jelantah masih tercium.
Hal positifnya dari pembelajaran ini, peserta didik memahami konten mengenai pengaruh makhluk hidup terhadap lingkungan dan perubahan zat, menumbuhkan keterampilan mengenai bagaimana mereka dapat berperan di masyarakat dalam mengatasi masalah limbah. Banyak komentar langsung dari peserta didik.
Mereka ingin menerapkan keterampilan tersebut untuk menjalankan usaha pembuatan sabun. Mereka menyadari dari limbah dapat dihasilkan barang yang bernilai ekonomis. Ternyata pembelajaran proyek pembuatan sabun dari jelantah dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan peserta didik. (ks/fth)
Guru IPAS SMKN 1 Tengaran, Kab. Semarang