31.5 C
Semarang
Tuesday, 7 October 2025

Pengenalan Materi Budaya Jepang Melalui Kelas Bento

Oleh Siti Rokhana, S.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Bento adalah salah satu kebudayaan Jepang yang populer di seluruh dunia. Mungkin kita sudah pernah melihat bentuk dari Bento itu sendiri, hanya saja tidak mengetahui namanya. Bento adalah hidangan satu porsi makanan rumahan dalam kotak makan.

Bukan hanya sebagai bekal makanan dalam kotak, Bento dapat disebut karya seni juga tempat untuk mengekspresikan perasaan. Membawa bekal memang lebih murah dan terjamin kebersihannya bila dibandingkan dengan membeli makanan di luar.

Sejarah Bento dan budaya membawa Bento sendiri dimulai di Jepang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Kata Bento digunakan sejak abad ke-13 dan berarti “mudah” atau “tidak menyulitkan”. Di abad ke-16, kata bento mulai digunakan untuk menyebut wadah untuk menyimpan bekal. Tradisi membawa bekal di Jepang sudah ada sejak zaman Kamakura (1185—1333).

Di zaman tersebut, orang-orang memasak dan mengeringkan nasi lalu membawa nasi tersebut sebagai bekal ketika bekerja. Nasi yang dikeringkan itu disebut hoshi-ii. Hoshi-ii biasa dikonsumsi langsung atau dengan merebusnya dengan air.

Di zaman Azuchi-Momoyama (1568—1600), orang-orang mulai membawa bekal mereka di dalam wadah kayu yang dipernis Kemudian, Bento dikenal sebagai kebiasaan makan praktis yang dilakukan saat upacara minum teh atau Hanami (melihat bunga). Pada zaman Edo (1603—1867), kebudayaan Bento semakin meluas di kalangan masyarakat Jepang. Bento biasa dibawa oleh masyarakat Jepang pada saat berpergian atau berwisata.

Mereka memiliki cara unik untuk membawa Bento, yaitu dengan meletakkannya di pinggang dan menyebutnya dengan koshibentō. Biasanya koshibentō berisi beberapa buah onigiri dan dikemas dengan daun bambu atau kotak anyaman bambu. Salah satu tipe Bento yang paling populer di zaman ini adalah Makunouchi Bento. Makunouchi Bento terdiri atas ikan, daging, asinan, telur, sayuran, umeboshi, dan nasi. Makunouchi Bento biasa disajikan di sela-sela pertunjukan teater.

Pada era 1868—1912 atau di zaman Meiji, Bento pertama kali dijual di stasiun kereta. Di zaman dahulu, sekolah belum menyediakan makan siang, sehingga siswa dan guru membawa Bento. Namun saat perang dunia pertama terjadi pada tahun 1912 hingga 1926, kebiasaan membawa Bento dihentikan, karena timbul gerakan sosial yang melarang membawa bekal ke sekolah.

Oleh karena hal inilah, sering terjadi ajang pamer kekayaan dan menimbulkan kesenjangan sosial antara orang kaya dan orang miskin. Setelah perang dunia usai, sekitar tahun 1980-an, Bento kembali populer di seluruh kalangan masyarakat Jepang. Bento dapat ditemukan di toko-toko dan dapat dihangatkan kembali dengan bantuan microwave. Bento masih digunakan oleh pekerja sebagai bekal makan siang, oleh keluarga ketika berwisata, untuk piknik, dan kegiatan lainnya.

Kegiatan membuat Bento di SMA Negeri 3 Cilacap sendiri dilaksanakan pada saat pembelajaran bahasa Jepang pada kelas XI. Ini sebagai upaya untuk mengenalkan budaya Jepang dengan cara yang menyenangkan agar semakin tertarik untuk mengikuti pembelajaran bahasa Jepang.

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk bekerja sama membawa bahan-bahan makanan dan peralatan yang dibutuhkan. Bento yang akan kami buat adalah onigiri (nasi kepal) dan sushi. Bahan yang diperlukan antara lain nori (rumput laut), nasi, wortel,mentimun, telur dadar, dan sosis.

Sedangkan peralatan yang diperlukan antara lain tempat bekal makan, pisau, talenan dan makisu (penggulung sushi). Siswa sangat antusias dalam membuat Bento karena mereka dapat membuat Bento sesuai kreativitas mereka masing-masing. Selain berkreasi dalam membuat, siswa juga belajar kosakata aneka sayur dan buah yang dipakai dalam kelas Bento. Siswa pun sangat puas dengan hasil kreasi mereka masing-masing.

Manfaat membuat dan membawa bekal makanan memang lebih murah dan terjamin kebersihannya bila dibandingkan dengan membeli makanan di luar. Dengan membawa bekal, kamu juga bisa lebih menjaga lingkungan karena akan mengurangi pembuangan sampah. Belajar bahasa Jepang pun bukan sekadar belajar bahasa, tetapi juga belajar budaya. Belajar bahasa Jepang bisa sangat menyenangkan. (una/aro)

Guru Bahasa Jepang SMA Negeri 3 Cilacap


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya