RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran pada muatan pelajaran IPS dominan sarat dengan hafalan yang harus dikuasai siswa. Hal inilah yang menyebabkan siswa kurang tertarik dalam mempelajari muatan pelajaran IPS. Didukung dengan faktor penyebab lainnya. Yakni pembelajaran yang masih tampak 1 arah, kelas didominasi oleh siswa yang aktif, dan rendahnya aktivitas belajar siswa.
Oleh karena itu penting bagi guru untuk memperbaiki situasi seperti itu yaitu dengan penerapan teknik pembelajaran yang dapat menggali kemampuan komunikasi siswa dengan meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui pembelajaran jigsaw. Model pembelajaran ini mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Menurut Made Wena (2007 : 197), model jigsaw membuat siswa lebih suka bertanya kepada teman dibanding kepada guru karena lebih mudah memahami materi pelajaran serta lebih menyenangkan. Selain itu penggunaan media kartu kuartet lebih memudahkan penguasaan konsep-konsep dalam pembelajaran IPS.
Sejalan dengan pendapat Anitah (2010) bahwa pemilihan media pembelajaran yang tepat juga merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran. Penggunaan media kartu kuartet sejarah ini layaknya sebuah permainan kelompok yang pada akhirnya dapat memahami konsep-konsep yang sedang dipelajari.
Langkah dalam menerapkan pembelajaran jigsaw adalah : pembentukan kelompok tim asal; Tim asal akan membagi sub materi kepada anggotanya; Pembentukan tim ahli berdasar sub materi yang sama; Diskusi tim ahli; masing-masing tim ahli menyampaikan hasil diskusi materi yang telah diperolehnya; Presentasi kelompok dari hasil diskusinya; Pemberian evaluasi; Pemberian penghargaan kelompok.
Sementara kartu kuartet adalah permainan yang terdiri atas beberapa jumlah kartu bergambar disertai keterangan berupa tulisan yang menerangkan gambar tersebut (Setiyorini & Abdullah, 2013). Biasanya tulisan judul gambar lebih diperbesar dan tulisan gambar ditulis dua atau empat baris secara vertikal di tengah-tengah antara judul dan gambar dengan tinta berwarna (Setiyorini & Abdullah, 2013).
Cara bermain kartu kuartet pun juga sederhana yaitu, kocok kartu dan bagikan kepada setiap pemain 4 kartu, sisanya diletakkan di tengah. Pemain pertama meminta kartu kepada pemain lainnya dengan menyebut kategori kartu yang diminta. Pemain yang diminta harus memberi kartu dengan kategori dan sub kategori yang diminta bila punya.
Jika tidak ada, pemain yang meminta harus mengambil 1 kartu dari tumpukan kartu sisa, aktivitas ini akan dilanjutkan pemain berikutnya secara bergantian. Jika ada pemain yang sudah mengumpulkan 4 kartu dengan judul yang sama maka set kartu tersebut disimpan untuk dihitung skor di akhir permainan, dan permainan berakhir jika semua set kartu telah terbentuk. Pemain yang memiliki set kartu terbanyak adalah pemenangnya.
Hasilnya, pembelajaran jigsaw berbantuan permainan kartu kuartet efektif dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Secara signifikan mampu meningkatkan komunikasi siswa dalam berdiskusi dengan tim asal dan tim ahli. Secara tidak langsung, siswa juga terlatih menemukan dan menyampaikan konsep belajar yang telah didapatnya dari tim ahli kepada tim asal. Hal ini akan mendorong semua siswa ikut aktif berpartisipasi.
Sementara hasil diskusi dalam tim asal, akan siswa implementasikan dalam permainan kartu kuartet yang menyediakan konsep materi yang telah dipelajarinya. Tampak kompetisi siswa dalam menyelesaikan permainan kartu agar mendapat nilai skor terbanyak. Mereka bermain namun juga harus menganalisis setiap konsep materi pada kartu kuartet. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena siswa terasa seperti bermain namun sambil memaknai konsep belajarnya secara mandiri. (ks/lis)
Guru Kelas V SDN Sidorejo Lor 06 Kota Salatiga