RADARSEMARANG.COM, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang harus ada di jenjang SMP sesuai dengan Permendikbud No 68 Tahun 2013. Salah satu materi IPA yang sangat penting untuk dikuasai siswa adalah materi suhu dan kalor. Banyak sekali manfaat yang diperoleh dari materi tersebut. Di antaranya, proses pengeringan makanan, memanaskan air, menurunkan suhu ruangan, merapikan baju serta masih banyak manfaat lain.
Namun penulis merasa prihatin dengan kenyataan dalam memfasilitasi pembelajaran IPA di SMPN 1 Salaman. Aktivitas belajar siswa rendah dalam pembelajaran IPA, terutama materi suhu dan kalor. Salah satu penyebab suhu dan kalor tidak disukai siswa, karena materi tersebut sarat dengan angka sulit, simbol, rumus, bagan, yang dianggap rumit. Sehingga beberapa anak menjadi frustasi. Bahkan kehilangan gairah belajar. Selain itu kurang kreatifnya guru dalam mengemas pembelajaran juga menjadi faktor pemicu semakin tidak tertariknya siswa terhadap materi tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru berupaya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan model problem based learning (PBL) berbantuan media kartu berpasangan (karpas). Menurut Walid (2017: 82) PBL adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran dimulai dengan masalah penting dan relevan bagi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik.
Pembelajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri.
Menurut Anas (2015: 119-120) media merupakan komponen sumber belajar yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan menurut pendapat Arief S. Sadiman, dkk (2011:7) media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima.
Pembelajaran menggunakan media berarti mengoptimalkan fungsi seluruh panca indra siswa untuk meningkatkan efektivitas belajar mereka dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan pikirannya secara logis dan realistis.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis membuat media berupa kartu berpasangan (karpas) yang berisi 2 buah kartu. Kartu pertama berupa konsep, sedangkan kartu kedua berisi uraian jawaban dari kartu pertama.
Proses pembelajaran dengan model PBL berbantuan media karpas penulis terapkan dengan langkah sebagai berikut : pertama, guru menyampaikan orientasi masalah pada siswa, dengan memberikan motivasi berupa tampilan beberapa gambar terkait suhu kalor. Serta memberi apersepsi dengan mengajukan pertanyaan terkait gambar. Kedua, guru mengorganisasikan siswa secara berkelompok untuk memecahkan masalah yang disajikan melalui media karpas.
Ketiga, guru memberikan bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan saat menyelesaikan masalah, sekaligus memotivasi yang belum aktif dalam kelompok. Keempat, guru membantu siswa secara berkelompok untuk mempersiapkan laporan hasil penyelidikan yang dituangkan pada LKPD.
Kelima, guru melakukan analisis dan evaluasi proses penyelidikan, diawali dengan presentasi oleh salah satu kelompok, dan meminta seluruh siswa menanggapi presentasi tersebut untuk penyempurnaan hasil. Guru melakukan review pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa terkait materi yang baru saja dipelajari.
Dengan menerapkan model PBL berbantuan media karpas ternyata mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hampir semua siswa menjadi antusias dalam pembelajaran. Seluruh siswa menyelesaikan dan mengumpulkan tugas secara tepat waktu. Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa, meningkat pula hasil belajar mereka. Semula hanya terdapat tujuh siswa tuntas KKM, setelah menggunakan media kartu berpasangan menjadi dua puluh empat dari tiga puluh dua siswa tuntas KKM. (sl/lis)
Guru IPA SMPN 1 Salaman, Kabupaten Magelang