RADARSEMARANG.COM, Masih sering kita jumpai di sekolah siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam belajar. Sehingga mendapatkan nilai yang kurang sesuai dengan diharapkan oleh guru. Faktor penyebabnya sangat komplek. Mulai dari masalah internal dalam diri siswa karena tidak ada bimbingan orang tua atau kurangnya pemahaman siswa pada materi pelajaran.
Sementara itu faktor eksternal antara lain lingkungan belajar kurang kondusif, sarana pendukung proses belajar kurang memadai. Kecenderungan menggunakan metode pembelajaran konvensional seperti ceramah, mencatat, dan mengerjakan tugas terpaksa dilakukan karena kurangnya sarana pendukung berbasis.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar. Menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung (Joice & Wells).
Sedangkan menurut Arends dalam Trianto, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Dalam pembelajaran PPKn kelas delapan SMP KD 1.2 Menghargai makna, kedudukan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai bentuk beriman dan bertakwa, kelas 8 semester 1, penulis memandang perlu adanya pemberian penilaian dalam praktik nyata dengan cara pembelajaan di luar kelas. Kita masih sering menjumpai kekurangseriusan siswa dalam melaksanakan upacara bendera setiap Senin pagi.
Masih sering dijumpai siswa yang bersenda gurau, menertawakan petugas upacara dan sikap lain yang kurang baik. Berbeda dengan era delapan puluhan, upacara adalah hal yang sacral. Sehingga semua peserta upacara baik itu petugas atau bukan melaksanakan dengan hikmat dan bertanggung jawab.
Untuk itulah guru harus dapat menyiasati agar kebiasaan yang kurang baik pada saat upacara tidak berkelanjutan. Karena ini adalah bagian dari penanaman rasa cinta tanah air. Upacara senin pagi dapat disiasati guru untuk memberikan penilaian kepada setiap kelas atau siswa yang melaksanakan upacara dengan baik maka akan bernilai baik pula untuk mata pelajaran PPKn.
Model pembelajaran model Contextual Teaching Learning (CTL) adalah salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini. Karena CTL memiliki karakteristik keadaan yang memengaruhi langsung kehidupan siswa dan pembelajaranya. Dengan menggunakan waktu yaitu masa lalu, sekarang dan akan datang. Pendekatan kontektual (Contektual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dangan situasi dunia nyata siswa.
Mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggauta keluarga dan masyarakat.
Dari pengamatan penulis, di SMP Negeri 3 Moga ada perubahan sikap setelah secara langsung melihat siswa melaksanakan upacara senin pagi dengan tertib. Penilaian mata pelajaran PPKn tidak harus objektif berdasarkan hasil tes tertulis saja tapi perlu memperhatikan perubahan sikap pada siswa apakah sudah baik sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dengan demikian guru harus pandai pandai mencari cara untuk membentuk karakter siswa. Metode pendekatan langsung dan praktik nyata dari siswa akan lebih mengena dalam kehidupan dimasa kini, esok dan masa depan. (ko/lis)
Guru PPKn SMP Negeri 3 Moga, Kabupaten Pemalang