RADARSEMARANG.COM, Dari hasil pengamatan dan wawancara di sekolah, masih banyak ditemukan siswa yang tidak mengerjakan tugas tepat waktu. Hasil nilai ulangan harian rendah, siswa jarang membaca buku pelajaran. Dan belajar di rumah tidak rutin, lebih banyak menghabiskan waktu dengan game dan lain-lain. Akibatnya hasil belajar menurun, penguasaan materi tidak optimal, dan mengganggu proses pembelajaran selanjutnya, serta harus mengulang/remidial.
Banyak faktor yang mempengaruhinya. Misalnya kurangnya minat belajar, pelajaran yang semakin sulit, tidak mendapat perhatian dari guru dan orangtua, dan motivasi belajar yang rendah. Serta kurangnya model yang menjadi teladan/panutan baik dari teman kelas maupun guru dan orangtua.
Salah satu bentuk layanan yang diberikan dalam setting kelompok adalah layanan bimbingan kelompok. Yakni upaya bantuan untuk membahas topik atau permasalahan tertentu siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Melalui dinamika kelompok ini memungkinkan setiap anggota kelompok belajar berpartisipasi aktif dan mengambil berbagai pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah-masalah dalam upaya pengembangan pribadi.
Pelaksanaan bimbingan kelompok yang seringkali dilaksanakan di sekolah tidak menggunakan pendekatan atau teknik tertentu. Bimbingan kelompok sering dilaksanakan seperti proses menasihati siswa. Sehingga kurang membekas/mengena permasalahan yang dialami siswa. Teknik modeling seringkali digunakan dalam proses pembelajaran, dengan memberikan model biasanya guru menghadirkan atau mencontohkan seseorang untuk ditiru perilakunya.
Suatu pendekatan model bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, adalah pendekatan behavioristik dengan teknik modeling. Teknik modeling (penokohan) adalah suatu teknik yang berasal dari pendekatan behavioristik yang menekankan pada terjadinya proses belajar melalui pengamatan (observational learning) terhadap orang lain dan perubahan yang terjadi melalui peniruan dari seseorang yang diamati yang disebut dengan model.
Teknik ini berakar dari teori Albert Bandura yaitu teori belajar sosial. Peniruan (imitation) menunjukkan bahwa perilaku orang lain yang diamati, yang ditiru, lebih merupakan peniruan terhadap apa yang dilihat dan diamati. Proses balajar setelah mengamati perilaku pada orang lain.
Teknik modeling terbagi menjadi tiga macam yaitu live model (penokohan nyata ), symbolic model (penokohan simbolik) dan multiple model (penokohan ganda). Menurut Bandura dan Walters (Slameto, 2003: 21) penguasaan tingkah laku atau respons baru, pertama-tama adalah hasil dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu yang bersamaan (kontinguitas) yang diamati.
Kuat lemahnya respons itu bergantung pada penguatan (reinforcement). Menurut teori ini, yang penting adalah respons itu mula-mula dipelajari dengan memerhatikan pengaruh modeling effect, disinhibitori effect, dan eliciting effect.
Model bimbingan kelompok dengan teknik modeling dengan menghadirkan siswa berprestasi dan mendeskripsikan tokoh pendidikan di Indonesia atau ilmuwan terkemuka di dunia mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Karena siswa mendapat stimulus untuk belajar lebih rajin, giat dan tekun guna meraih prestasi maksimal. Model bimbingan kelompok dengan teknik modeling efektif untuk meningkatkan motivasi belajar.
Dengan layanan bimbingan kelompok dengan teknik modeling ini menunjukkan terdapat perbedaan tingkat motivasi belajar dalam diri siswa. Antara sebelum dan sesudah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik modeling.
Terbukti motivasi belajar siswa meningkat setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik modeling. Maka, guru BK dapat memanfaatkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik modeling untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. (ko/lis)
Guru BK SMP Negeri 5 Semarang
