RADARSEMARANG.COM, PERKEMBANGAN zaman yang semakin pesat saat ini banyak mengalami perubahan serta kemajuan, baik dalam aspek sosial, aspek budaya, maupun aspek lainnya. Perubahan itu tentu menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif.
Beberapa pemberitaan di media massa, praktik korupsi telah merajalela dilakukan oleh oknum pejabat pemerintah bahkan oleh oknum guru. Menjamunya budaya mencontek, plagiarisme, pengkantrolan nilai oleh guru dan korupsi mengajar merupakan bukti nyata bahwa bangsa ini sedang mengalami krisis kejujuran dalam dunia pendidikan. (Kurnia, 2014)
Kejujuran dalam konteks pembangunan karakter di sekolah menjadi sangat penting untuk menjadikan karakter peserta didik saat ini sebagai bekal mengarungi kehidupan di masa yang akan datang. Karakter seperti itu dapat dilihat secara langsung di kelas, semisal siswa sering keluar kelas dengan alasan tertentu. Padahal mereka keluyuran di luar kelas atau pergi ke kantin. Banyak siswa yang tidak mengerjakan PR dengan alasan ketinggalan. Mencontek pada saat ujian dan tidak membaca buku saat jam literasi sudah dimulai.
Jujur adalah perilaku positif dengan berkata sebenarnya, tidak curang, serta perbuatan dan perkataan yang tidak berlawanan. Manfaat dari jujur adalah pergaulan yang makin luas, hidup damai dan tentram dan dipercaya oleh orang lain. Ciri–ciri jujur adalah berkata benar, bertindak sesuai dengan yang dipikirkan, kesesuaian perkataan dan perbuatan, memberikan kesaksian dengan adil, tidak ingkar janji.
Bimbingan dan konseling memiliki peran penting dalam membentuk watak dan kepribadian manusia. Layanan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kejujuran adalah dengan memberikan bimbingan kelompok. Menurut Tohirin (Herwanto, 2018), layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu melalui kegiatan kelompok dan membahas topik yang berguna bagi pengembangan dan pemecahan masalah anggota kelompok.
Dalam hal ini, teknik yang akan digunakan adalah teknik sosiodrama. Menurut Roestiyah (Bingah, 2015), sosiodrama adalah dramatisasi perilaku atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan social antara manusia.
Sosiodrama berupa sandiwara, tetapi isinya berupa persoalan – persoalan yang berkaitan dengan gangguan serius dalam kesehatan mental para partisipan, sehingga tujuannya ialah perombakan dalam struktur kepribadian seseorang. Langkah – langkah dalam sosiodrama ada tiga langkah yang harus dilalui yaitu : 1) mengemukakan suatu masalah, 2) mendramatisasikan masalah, 3) mendiskusikan hasil dramatisasi.
Metode yang digunakan adalah dengan metode kuantitati degan desain pre experimental design pretest posttest (Sugiyono, 2015). Prosedur yang dilakukan adalah responden diberikan pretest untuk didapat diberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama sebanyak tiga kali dan terakhir diberikan posttest untuk mengukur peningkatan kejujuran siswa. Dari hasil yang didapat dalam skor hasil prestest dan posttest dapat diambil kesimpulan bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama efektif dalam meningkatkan kejujuran peserta didik. (*/ida)
Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 4 Semarang