RADARSEMARANG.COM, Indonesia adalah salah satu negara yang memasuki era bonus demografi pada saat ini. Tidak semua negara mengalami bonus demografi. Indonesia mendapatkan keberuntungan dengan kondisi tersebut. Persoalan berikutnya adalah bagaimana kita menyongsong perubahan yang besar dengan adanya bonus demografi terutama di bidang pendidikan.
Banyak pertanyaan muncul dengan kehadiran bonus demografi dan kehadiran industri 4.0. Terutama pada pekerja manusia yang sekarang ini telah terjadi perubahan dimana sistem mesin dan proses yang saling berhubungan. Keinginan untuk mengurangi waktu pemrosesan dan peningkatan penekanan pada keakuratan dalam menghasilkan produk, membuat banyak orang bertanya-tanya.
Apakah pekerja manusia akan mampu bersaing dengan robot dalam hal kinerja? Ada kemungkinan besar, beberapa pekerjaan nonketerampilan akan digantikan sepenuhnya oleh robot. Sehingga para pekerja nonterampil akan mengalami kesulitan.
Perlu diingat manfaat yang didapat dari transisi demografis tidak otomatis atau terjamin. Hal ini tergantung dari kebijakan pemerintah di bidang pendidikan, kesehatan, tata kelola, kependudukan dan ekonomi. Keuntungan bagi Indonesia adalah kita memiliki demografi penduduk muda dan ini bisa menjadi source of growth (Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, 2016).
Apabila Indonesia bisa mengelola bonus demografi ini dan bisa dikelola dengan baik, maka kita akan mendapatkan keuntungan besar. Banyak penduduk muda yang produktif sehingga angka rasio beban ketergantungan dan ekonomi Indonesia menjadi luar biasa.
Bagsimana dunia pendidikan menyikapi keadaan tersebut menjadi hal yang penting untuk dibicarakan. Arus teknologi global yang luar biasa telah mengubah kemampuan produksi global dan membawa perubahan era revolusi industri baru. Di masa depan dibutuhkan pekerja yang andal dalam teknologi dan harus tahu apa, kapan dan di mana teknologi dipakai serta dampak yang timbul bagi lingkungan global.
Pemikiran ini bersifat reflektif dan interdisipliner dari berbagai mata pelajaran di sekolah dan perguruan tinggi. Untuk memikirkan ulang sistem pembelajaran yang harus bisa beradaptasi dengan tuntutan zaman. Pembelajaran yang kontekstual bagi peserta didik sangat dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan dan tuntutan masa depan yang kompetitif.
Masalah di masa depan adalah banyak pekerjaan yang hilang dan banyak pekerjaan yang tumbuh baru sehingga harus disiapkan untuk mempunya bekal keterampilan yang sesuai dengan revolusi industri keempat. Selain itu dibutuhkan kemampuan hard skill dan soft skill, kemampuan dan keberanian. Kemandirian dan mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat akibat perubahan yang luar biasa dan begitu cepat.
Pembelajaran berbasis proyek yang dikembangkan pada kurikulum merdeka telah mengubah gaya belajar siswa sekarang, dulu era teacher center, sekarang berbalik menjadi student center. Guru sebagai pembimbing dan pendamping bukan lagi sebagai narasumber utama. Dengan berbasis proyek mereka bisa berkolaborasi dan berkomunikasi dengan teman, guru, masyarakat umum, dunia usaha dan industri.
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain sangat dibutuhkan. Mereka akan mengembangkan cara berpikir dan bernalar secara kritis, memecahkan masalah yang kompleks, kemampuan berimajinatif, kreatif, adaptif fleksibel, dan menemukan banyak hal yang baru di lingkungannya.
Kesimpulannya adalah pembelajaran sekarang harus mampu menjawab bonus demografi dan kebutuhan revolusi industri keempat. Mampu menciptakan pekerja baru yang mempunyai keterampilan dan pengetahuan baru. Menciptakan pemimpin masa depan harus memiliki kemampuan beradaptasi, mengelola dan memanfaatkan industi 4,0.
Menjadi pemikir kritis, futuristik, problem solver, inovator, komunikator. Mempunyai nilai-nilai universal yang bisa diterima oleh masyarakat dunia karena masyarakatnya bersifat global, serta ramah dengan lingkungan hijau untuk menjawab pemanasan global yang semakin luas. Serta mampu menciptakan energi yang terbarukan demi kemajuan dunia dan kelangsungan anak cucu kita. (ng/lis)
Guru SMAN 1 Ngluwar, Kabupaten Magelang