RADARSEMARANG.COM, Pada 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka, namun bangsa Indonesia belum bebas dari penjajah dan musuh. Di Kota Bandung, pejuang membakar seisi kota. Peristiwa ini berawal dari pasukan Inggris yang dipimpin oleh Brigade Mac. Donald yang datang ke Bandung pada 12 Oktober 1945.
Mereka meminta semua senjata di tangan penduduk diserahkan, kecuali Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Orang-orang Belanda yang baru dibebaskan dari camp tawanan membuat keributan yang mengganggu keamanan. dan terjadilah bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan TKR. Pada malam 24 November 1945, TKR dan badan-badan pejuangan Indonesia melancarkan serangan terhadap pasukan Inggris di bagian utara, termasuk Hotel Hofman an Hotel Panger yang mereka gunakan sebagai markas.
Mengutip laman Kementerian dan Kebudayaan Indonesia, pada 29 November 1945, Brigade Mac.Donald menyampaikan utimatum agar Bandung bagian utara dikosongkan dengan alasan keamanan. Namun, ultimatum itu diabaikan oleh para pejuang, sehingga Kota Bandung harus terbelah menjadi 2 bagian yaitu, Bandung Utara dan Bandung Selatan.
Konflik terus berlanjut, Pada tanggal 23 Maret 1946, tentara sekutu menyampaikan ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI, sebutan bagi TNI pada saat itu) meninggalkan kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi “bumi-hangus.”
Para pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela bila Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu dan NICA. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan pihak Republik Indonesia.
Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan evakuasi Kota Bandung. Hari itu juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu pembakaran kota berlangsung.
Mengutip laman Wikipedia, Ensiklopedia Bebas. Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Tentara Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu.
Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut.
Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membumbung tinggi membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api. Setelah peristiwa tersebut, TRI bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung.
Peristiwa ini mengilhami lagu Halo, Halo Bandung yang nama penciptanya masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa tahun kemudian, lagu Halo, Halo Bandung secara resmi ditulis, menjadi kenangan akan emosi para pejuang kemerdekaan Republik Indonesi saat itu, yang menunggu untuk kembali ke kota tercinta yang telah menjadi lautan api.
Menghormati jasa pahlawan tentu bukan hanya “mengenang masa lalu” selama sehari dalam setahun. Kita harus berterima kasih pada para pahlawan, yang memungkinkan kita setiap hari menghirup suasana yang merdeka, dapat belajar dan bekerja dalam suasana kebebasan.
Salah satu manfaat dari ditetapkannya figur-figur pahlawan dan penghormatan atas mereka pada hari pahlawan ialah agar generasi-generasi berikut dapat memiliki contoh keteladanan dalam hidup bersama. Dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang dapat membantu kemajuan pembangunan bangsa Indonesia terutama dibidang pendidikan, agar tercipta pendidikan yang bermartabat. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya – Bung Karno. (una/lis)
Guru SDN 03 Ketapang, Kec. Ulujami, Kabupaten Pemalang