26 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Bersama STAD, Siswa Semakin Senang Belajar Sejarah

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Mata pelajaran sejarah merupakan bagian dari ilmu sosial yang mempunyai peranan penting dalam rangka menumbuhkan rasa nasionalisme. Hal ini karena sejarah merupakan kajian ilmu yang menjelaskan tentang peristiwa masa lampau yang disertai dengan fakta-fakta yang jelas.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada KD KD 3.2  Corak Kehidupan masa Praaksara Indonesia di Kelas X TO1 SMKN 1 Semarang ditemukan beberapa permasalahan. Antara lain pembelajaran cenderung ceramah, pelaksanaan pembelajaran cenderung kurang melibatkan potensi dan peran serta siswa, serta perhatian  siswa terhadap materi pelajaran  sejarah  belum terfokuskan disebabkan kondisi pembelajaran yang monoton dan searah.

Kondisi tersebut menjadikan nilai rata-rata yang masih rendah yaitu 55,68. Nilai rata-rata yang rendah menunjukkan belum tercapainya ketuntasan belajar siswa, tingkat ketuntasan klasikal siswa juga masih rendah yaitu sekitar 41 persen dari jumlah siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan  perbaikan  dalam  proses  belajar  mengajar.

Diperlukan strategi pembelajaran yang mendorong siswa berperan aktif dalam berkompetisi dan memiliki keterampilan bekerja sama dalam mengembangkan sikap demokratis yang diperlukan dalam pembelajaran. Salah satunya dengan strategi Pembelajaran Kooperatif.

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning)  menurut  Slavin  (2005:  4-8) yaitu model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dengan latar belakang berbeda. Untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Pembelajaran kooperatif dengan model Student Teams Achievement Division (STAD) menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang heterogen untuk saling membantu satu sama lain dalam  belajar dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis.

Kunandar, (2011: 370) menjelaskan para siswa di dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Setiap kelompok mempunyai anggota heterogen.

Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Secara individual atau kelompok, tiap minggu  atau dua minggu dilakukan evaluasi guru untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.

Dalam pelaksanaan kegiatan, siswa dibimbing untuk belajar Sejarah secara kooperatif learning dengan model Student Teams- Achievement  Divisions  (STAD).  Langkah  –  langkah yang dilakukan adalah: membentuk kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4-6 orang, serta Guru  membagikan  LKS  kepada  setiap  kelompok  sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi.
Kegiatan ini dapat menambah daya tarik tersendiri, sehingga siswa semakin senang belajar Sejarah.

Keadaan mendorong peningkatan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar sudah meningkat dari data awal yaitu dari  55,68  menjadi  68,4 dengan  nilai  KKM  70  dan ketuntasan secara klasikal dari 41% menjadi 57,3 persen. Pada tindakan berikutnya nilai rata- rata dan persentase ketuntasan belajar sudah meningkat dari sebelumnya yaitu dari nilai rata-rata 68,4 menjadi 86,72 dengan nilai KKM 70 dan ketuntasan secara klasikal dari 57,3 persen menjadi  85,91 persen.

Pembelajaran sejarah melalui model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran STAD diperoleh nilai rata-rata kelas 55,68 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 41 persen.

Setelah penerapan model pembelajaran STAD diperoleh nilai rata-rata 68,4 dengan persentase ketuntasan klasikal 57,3 persen. Pada tindakan berikutnya diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 86,72 dengan ketuntasan klasikal mencapai 85,91 persen, dan terjadi peningkatan dan sudah memenuhi indikator keberhasilan. (ko/fth)

Guru Sejarah SMKN 1 Semarang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya