28 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Asesmen Diagnostik Gaya Belajar untuk Mendukung Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh: Sri Muryati, S Psi.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, DALAM program sekolah penggerak kurikulum merdeka pemetaan kebutuhan siswa memiliki peran penting dalam upaya mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi. Pemetaan kebutuhan terdiri atas tiga aspek yaitu kesiapan siswa, minat siswa dan profil belajar siswa. siswa dapat dilaksanakan dengan melaksanakan asesmen awal pembelajaran atau asesmen diagnostik.

Tujuan asesmen awal pmbelajaran secara umum bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar siswa dan mengetahui kondisi awal siswa. Asesmen diagnostik terbagi menjadi dua asesmen diagnostik kognitif dan asesmen diagnostik non kognitif.

Asesmen diagnostik kognitif bertujuan untuk mengidentifikasi capaian kompetensi siswa, menyesuaikan pembelajaran dikelas dengan kompetensi rata-rata siswa, memberikan kelas remedial atau pembelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya dibawah rata-rata.

Asesmen diagnostik non kognitif bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan psikologis dan sosial, mengetahui aktivitas belajar selama dirumah, mengetahui kondisi keluarga siswa, mengetahui latar belakang pergaulan siswa, mengetahui gaya belajar, karakter serta minat siswa.

Guru bimbingan konseling mempunyai peran penting dalam pelaksanaan asesmen awal pembelajaran non kognitif. SMA Negeri 1 Candiroto pada tahun ke 2 melaksanakan program sekolah penggerak selalu berupaya untuk mengoptimalkan penerapan kurikulum merdeka, dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi.

Salah satu kegiatan yang telah dilaksanakan pada awal pembelajaran adalah pelaksanaan asesmen diagnostik gaya belajar.

Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang meyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (Deporter dan Hernacki , 2011). Gaya belajar dibagi menjadi tiga kelompok, yakni: gaya visual; gaya audio dan gaya kinestetik.

Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa jika seseorang memiliki gaya visual lalu tidak memiliki gaya yang lainnya. Gaya belajar visual merupakan gaya pembelajaran yang menggunakan indra penglihatan atau berfokus pada penglihatan. Sehingga mereka lebih mudah paham dan mengingat materi jika melihat visual materinya.

Gaya belajar auditori biasanya akan menggumamkan apa yang didengar agar bisa diingat dengan mudah oleh otak, siswa cenderung lebih menyukai mendengarkan penjelasan suatu materi dibandingkan membaca atau menulis materi. Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang menuntut untuk mempraktekan langsung materi pembelajaran tersebut.

Menurut Sukadi (2008) dalam progressive learning hal 93-94 menyatakan bahwa, apabila seseorang memiliki gaya belajar, audio misalya, bukan berarti ia hanya mampu menerima materi bila dengan pendengaran saja, namun ia juga memiliki gaya belajar lainnya. Hanya saja ia lebih unggul dalam audio. Jadi sangat memungkinkan siswa mempunyai gaya belajar lebih dari satu jenis gaya belajar.

Pelaksanaan asesmen diagnostik non kognitif gaya belajar di SMA Negeri 1 Candiroto dilaksanakan untuk kelas X pada tanggal 1-3 Agustus 2022 dan untuk kelas XI pada tanggal 4-5 Agustus 2022. Instrumen kuisioner gaya belajar terdiri dari 30 butir item yang mengungkap kecenderungan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik Hasil dari instrumen kuisioner asesmen gaya belajar yang telah diisikan oleh siswa kelas X dengan jumlah siswa 273 diperoleh hasil visual 18%, auditori 5%, kinestetik 32%, visual auditori 7%, visual kinestetik 21%, auditori kinestetik 11%, visual auditori kinestetik 7% dan pada kelas XI dengan jumlah siswa 280 diperoleh hasil gaya belajar visual 37%, auditori 37%, kinestetik 27%, visual auditori 3 %, visual kinestetik 2%, auditori kinestetik 2% dan visual auditori kinestetik 4%.

Data hasil dari pelaksanaan asesmen diagnostik non kognitif tentang gaya belajar dapat membantu bapak dan ibu guru dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelas baik diferensiasi konten, proses maupun produknya. Kesesuaian gaya belajar dengan proses pembelajaran yang berlangsung diharapkan dapat menciptakan iklim belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga siswa memperoleh hasil belajar secara optimal. (*/zal)

Guru SMAN 1 Candiroto


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya