RADARSEMARANG.COM, Menurut Moh. Surya (1981), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Penulisan angka atau bilangan dalam aksara Jawa pada dasarnya sama dengan aksara Jawa lainnya. Aksara angka Jawa memiliki bentuk yang mirip dengan karakter huruf aksara Nglagena. Dikutip dari buku Bahasa Jawa XB oleh Eko Gunawan, aksara Nglagena adalah aksara inti atau aksara Jawa dasar. Aksara ini sering dikenal dengan istilah Hanacaraka atau Dentawiyanjana.
Pelafalan aksara angka Jawa tentunya berbeda dengan pelafalan angka dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jawa, bilangan angka diucapkan dalam dua bahasa, yaitu bahasa ngoko atau bahasa Jawa kasar dan krama inggil atau bahasa Jawa halus.
Menurut Sudono, bermain adalah kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Menurut Schwartzman, bermain adalah pura-pura dan bukan sesuatu yang sungguh-sungguh (Sudono, 2000).
Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang. Media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Pembelajaran aksara Jawa dalam mata pelajaran Bahasa Jawa jenjang SMA mencakup banyak varian. Dimulai dari aksara carakan, aksara angka, aksara swara, aksara murda, dan aksara rekan. Dalam pembelajaran di kelas X ada salah satu KD yang mempelajari tentang aksara angka. Aksara Jawa termasuk materi yang tidak disenangi oleh peserta didik karena menurut mereka sangat susah untuk bisa menghafal aksara dan pasangannya. Apalagi peserta didik masih harus menghafal aksara angka.
Hal tersebut merupakan suatu tantangan yang berat saat peserta didik mulai mengeluh dengan susahnya menghafal. Banyaknya aksara tersebut membuat kita harus berpikir keras dengan metode apa yang bisa diterapkan untuk peserta didik supaya bisa belajar aksara angka dengan sangat menyenangkan dan tidak membosankan.
Dari permasalahan di atas, terpikirkan cara untuk membuat puzzle dari tulisan aksara angka. Peserta didik akan menyusun puzzle tersebut, sehingga secara tidak langsung peserta didik akan belajar mengenal aksara angka secara perlahan-lahan. Hal demikian agar peserta didik lebih mudah untuk belajar mengingatnya.
Dengan mereka mempraktikkan, akan lebih lama tersimpan dalam ingatan. Berbeda dengan hanya menghafal di dalam angan-angan, mereka harus menghafal dengan urutan. Jadi, ketika angka tersebut diacak, maka hilang semua apa yang sudah mereka hafalkan.
Puzzle adalah solusi yang saya ambil untuk lebih memudahkan peserta didik. Kita membagi beberapa siswa dalam beberapa kelompok belajar. Mereka kita berikan beberapa potongan puzzle dengan angka yang berbeda, sehingga dalam kelompok tersebut diharapkan peserta didik dapat menyusun puzzle tersebut dengan benar lalu bisa diurutkan dengan kata kunci yang telah diberikan oleh kita.
Sebagai contoh, kita memberikan soal dalam kelompok tersebut untuk menuliskan angka “pitulasewu sangangatus telung puluh enem” (17.936) mereka harus bisa menuliskan dengan angka latin terlebih dahulu sebelum menyusun puzzle tersebut. Semoga ini menjadi cari jitu untuk peserta didik, walau mungkin belum menjadi cara yang sempurna. (wa2/lis)
Guru SMA Negeri 1 Wonotunggal