31 C
Semarang
Saturday, 23 August 2025

Metode TSTS Dapat Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Belajar Pengukuran

Oleh : Surtini, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pada abad 21 siswa dituntut agar memiliki keterampilan hard skill dan soft skill yang baik, sehingga dapat berkompetensi pada persaingan global. Untuk dapat bersaing pada persaingan global salah satu yang harus dikuasai siswa adalah aspek keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir yang dimaksud antara lain keterampilan mengkomunikasikan informasi, mengelola, menyimpan, membuat, menganalisis dan memanfaatkan akses teknologi (Kemendikbud, 2016).

Untuk dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, hendaknya guru dalam mengajar guru menggunakan metode dan model mengajar yang dapat merangsang dan menumbuhkan kesadaran siswa untuk lebih terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Sampai saat ini masih ditemukan beberapa siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran Fisika di kelas. Dalam pembelajaran fisika partisipasi siswa memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan dengan baik. Untuk itu agar seluruh siswa dapat ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang berbasis aktivitas.

Metode yang digunakan adalah metode yang mendorong semua siswa untuk dapat bereksplorasi dan melakukan aktivitas dalam proses berpikir dan mencari pemahaman akan suatu objek yang dipelajari. Aktivitas yang dilakukan siswa dapat dilakukan sendiri maupun secara berkelompok kerja siswa. Dengan aktivitas tersebut secara tidak langsung telah menunjukkan sikap siswa yang berpikir kritis.

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran KD Pengukuran di fase E di SMAN 1 Muntilan adalah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif dengan model Two Stay Two Stray (TSTS). Huda (2013) TSTS merupakan sistem pembelajaran kelompok yang memiliki tujuan membuat siswa saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Selain itu, metode ini dapat membantu melatih siswa bersosialisasi dengan baik kepada semasa.

Penerapan model TSTS dalam pembelajaran Fisika KD Pengukuran adalah dengan membagi siswa dalam satu kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat siswa. Setiap kelompok diberi tugas untuk berdiskusi tentang pengukuran dengan berbagai alat ukur yang harus mereka diskusikan cara penggunaan alat ukur, cara membaca alat ukur hingga masing masing kelompok mendapatkan jawabannya.

Setelah diskusi dalam satu kelompoknya selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok.

Tugas tuan rumah adalah menyajikan hasil diskusinya kepada setiap tamu yang datang. Sedangkan tugas dua duta atau tamu diwajibkan jalan-jalan (bertamu) ke kelompok lain dan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang materi yang didiskusikan oleh kelompok tersebut. Siswa yang bertugas sebagai tamu maupun penerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka diskusikan.

Dengan model TSTS semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Masing-masing siswa berusaha meguasai permasalahan yang mereka hadapi. Sehingga mereka dapat menjelaskan ke siswa lain yang menjadi tamunya, dan siswa yang menjadi tamu akan menyampaikan informasi yang di selama bertamu ke kelompok lainnya ke anggota kelompoknya.

Setelah pembelajaran ternyata siswa lebih memahami tentang materi yang sedang dipelajari, dan prestasi belajar siswa pun meningkat. Pada akhirnya tujuan dari pembelajaran fisika yang direncanakan guru dapat tercapai dengan baik. (mj/lis)

Guru Fisika SMAN 1 Muntilan, Kabupaten Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya