RADARSEMARANG.COM, Sebuah lagu merupakan ciri khas dari daerah asalnya sebagai suatu perwujudan rasa bangga kepada budaya daerah yang selama ini menjadi tempat lahir ataupun karena memiliki keunikan tersendiri. Beberapa tahun terakhir, banyak bermunculan lagu-lagu dari Jawa yang sekarang booming bahkan lagu-lagu tersebut sedang menjadi tren di Indonesia. Baik yang berasal dari Jawa Tengah maupun Jawa Timur yang dinyanyikan para penyanyi muda berbakat.
Sebagai orang Jawa, kita sebaiknya juga tidak melupakan lagu yang terkenal jauh sebelum lagu-lagu tersebut diketahui oleh orang banyak yaitu tembang macapat. Tembang macapat diciptakan oleh pujangga-pujangga Jawa dari zaman kerajaan. Macapat kaya akan nasihat pitutur luhur sebagai tuntunan pedoman hidup manusia ke arah jalan kebaikan.
Tembang macapat (tembang cilik/sekar alit) merupakan suatu bentuk tembang yang terikat oleh aturan guru lagu (jatuhnya huruf vokal di setiap akhir baris), guru wilangan (jumlah suku kata di setiap baris), guru gatra (jumlah baris dalam satu bait). Macapat bisa bermakna macane papat-papat (dibaca empat-empat), maksudnya dalam melagukannya dengan jeda suku kata atau silih pergantian pengucapan lagu terletak pada suku kata yang keempat.
Di kurikulum 2013 muatan lokal bahasa Jawa SMA dan SMK di Jawa Tengah, materi tembang macapat sangat mendominasi di setiap awal semester pada setiap tingkatan kelas X, XI, dan XII. Tembang macapat tersebut dikutip dari Serat Wedhatama dan Serat Tripama karya KGPAA Mangkunegara IV. Mengajarkan tuntunan kehidupan manusia untuk menjalankan kebaikan dan menjauhkan dari keburukan. Beberapa tembang macapat, ada juga yang menggunakan nama pujangga pengarangnya dengan istilah Sandhi Asma.
Yaitu memasukan nama pengarang tembang namun nama tersebut disembunyikan sehingga tidak begitu terlihat secara jelas tapi nama tersebut disamarkan. Hal ini membuat tembang macapat semakin indah memiliki nilai estetika namun tidak melanggar kaidah pembuatan tembang macapat.
Pembelajaran materi tembang macapat di SMA Negeri 1 Rowokele pada peserta didik kelas XII semester ganjil menekankan pada materi sesuai Kurikulum 2013 yaitu mempelajari tembang macapat pupuh Kinanthi dari Serat Wedhatama. Penjelasan materi tembang Kinanthi sesuai dengan aturan guru lagu, guru gatra, dan guru wilangan untuk mengetahui aturan yang mengikat tembang tersebut.
Selain itu, peserta didik juga mempelajari cara menyanyikan tembang kinanthi sesuai dengan titi laras (notasi nada). Nasihat yang tersirat dalam tembang macapat juga disampaikan agar peserta didik memiliki perilaku yang baik, sopan santun, dan berbudi pekerti luhur.
Selain menyanyikan dan mempelajari makna tembang macapat dari Serat Wedhatama, peserta didik juga diajarkan untuk membuat tembang macapat Kinanthi menggunakan sandhi asma dari masing-masing nama peserta didik. Dapat menggunakan nama lengkap atau mengambil dari sebagian nama mereka supaya peserta didik tidak merasa kesulitan apabila mereka menggunakan nama lengkap karena beberapa ada yang namanya lumayan agak panjang.
Peserta didik agar tidak bosan mempelajari tembang macapat, dapat menyusun kata demi kata untuk dijadikan satu bait tembang macapat Kinanthi dengan tetap memperhatikan aturan dari tembang Kinanthi tersebut (guru lagu, guru gatra, guru wilangan).
Pada awal pembuatan tembang mungkin agak kesulitan karena kurang terbiasa membuat tembang dengan menggunakan bahasa Jawa yang terikat oleh aturan. Karena dalam proses merangkai kata untuk dijadikan tembang membutuhkan kosakata berbahasa Jawa meskipun dalam keseharian mereka berkomunikasi dengan bahasa Jawa. Menjadikan peserta didik memiliki pemikiran yang lebih kreatif dalam menggunakan ide-ide daya pemikiran yang sangat luas dan bisa juga merupakan sebuah rangkaian pengalaman hidup yang telah dijalaninya.
Menurut Hamruni (2012) berpikir kreatif merupakan alternatif meningkatkan kemampuan berpikir siswa dengan berbagai pertanyaan yang dapat memacu proses berpikir dalam artian memunculkan budaya berpikir dalam diri siswa. Dalam pembuatan tembang dibutuhkan proses pemikiran untuk mencari kata-kata yang sesuai dengan apa yang akan disampaikan dan tidak melanggar aturan pembuatan tembang macapat.
Sehingga diharapkan peserta didik dapat berpikir kreatif dalam mengarang tembang macapat dengan ide pemikirannya sendiri yang sesuai dengan hati nurani dan secara tidak langsung mereka juga mempelajari kosa kata dalam bahasa Jawa. (*/lis)
Guru Bahasa Jawa SMAN 1 Rowokele, Kabupaten Kebumen