30 C
Semarang
Tuesday, 15 April 2025

Upaya Pemulihan Karakter Siswa Pasca Pandemi

Oleh : Marhamah, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pandemi Covid-19 membawa perubahan pada berbagai sektor, termasuk pendidikan. Masa pandemi, siswa mengalami loss learning atau kehilangan pengetahuan dan keterampilan serta penurunan karakter.

Pembelajaran yang dilaksanakan secara daring dan jarak jauh berdampak positif dan negatif, terutama terhadap karakter anak. Sopan santun berkurang, semangat belajar menurun karena anak terbiasa berinteraksi dengan HP. Lebih senang bermain game daripada mendalami pelajaran.
Asyik bermain HP menjadi lupa makan, lupa beribadah. Ketika ulangan atau tes daring, ada yang dibantu orang tuanya, ada juga yang membuka buku dan memanfaatkan gadget untuk mencari jawaban di internet. Namun, ada juga yang belajar sungguh-sungguh, lalu mengerjakan soal tes dengan jujur dan mandiri.

Sikap-sikap yang memprihatinkan pada peserta didik seperti di atas perlu dicarikan solusi. Sifat-sifat pada diri anak yang semula baik menjadi tidak baik perlu dipulihkan dan diberikan penguatan pendididkan karakter. Sebagaimana tertuang dalam Permendikbud RI No 20 Tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter pada satuan pendidikan formal pasal 1 : Penguatan pendidikan karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggungj awab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi, olah hati, olah rasa, olah pikir, olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan W.J.S Purwodarminto karakter adalah tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Keberhasilan dalam pemulihan maupun penguatan terletak pada tri pusat pendidikan. Yakni sekolah, keluarga dan masyarakat. Ketiganya harus saling mendukung.

Muchlas Samani berpendapat karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang. Terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari (2013:43).

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang dipercaya oleh keluarga dan masyarakat terpanggil untuk membenahi karakter anak yang menurun. Upaya sekolah memulihkan karakter siswa antara lain: pertama, berangkat lebih awal masuk sekolah lebih awal. Sejak sebelum pandemi siswa ditanamkan pembiasaan disiplin berangkat dan masuk lebih awal yaitu pukul 06.45.

Semua siswa dibariskan di halaman melakukan apel pagi. Setiap Senin melakukan upacara bendera, secara bergilir sesuai jadwal piket, guru memimpin apel pagi, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, dilanjutkan yel-yel dan tepuk tepuk untuk menambah semangat. Apel pagi diakhiri dengan berdoa bersama mohon ilmu yang bermanfaat dan kefahaman sebagai wujud karakter religius.

Kedua, setelah apel pagi anak-anak membaca asmaul husna dan surat-surat pendek. Lalu, menyanyi lagu nasional tanah air kemudian mengikuti pembelajaran. Ketiga, ketika istirahat anak-anak melepas lelah agar pikiran kembali fresh, dilanjutkan salat dhuha bergilir antarkelas. Keempat, setiap Jumat siswa melakukan infak untuk melatih kedermawanan dan peduli sosial.

Kelima, setiap datang dan pulang siswa diwajibkan piket membersihkan kelas secara berkelompok dan bergilir sesuai jadwal. Prinsip yang diterapkan adalah “datang bersih pulang bersih” untuk melatih kebersamaan, kekompakan dan peduli lingkungan.
Keenam, sifat kejujuran dan kemandirian dipupuk. Membiasakan mengerjakan soal-soal ulangan dengan jujur. Dalam kejujuran uang, anak yang menemukan uang atau barang milik teman, diserahkan kepada guru untuk diumumkan kepada siswa.

Ketujuh, karakter lain dipulihkan lewat pendidikan ekstrakurikuler pramuka, kegiatan madrasah diniyah mengaji di siang hari bersama satu kelas.

Berbagai upaya tersebut terbukti memulihkan karakter siswa SD Negeri Salaman 3 dan meningkatkan semangat siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah. Sikap disiplin dalam mematuhi aturan juga meningkat. Hal ini juga berdampak positif pada peningkatan prestasi belajar siswa dan prestasi dalam perlombaan. Serta menambah daya tarik masyarakat dalam menitipkan putra-putrinya di sekolah. (mj/lis)

Guru SDN Salaman 3, Kabupaten Magelang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya