RADARSEMARANG.COM, WIRAUSAHAWAN bukan lahir dengan sendirinya melainkan melalui sebuah proses yang tidak mudah dan membutuhkan ekosistem yang tepat. Starn dan Spigel (2016) menyatakan, ekosistem kewirausahaan merupakan keterkaitan antarfaktor untuk dapat menghasilkan kewirausahaan yang produktif dan melahirkan wirausaha baru. Secara umum, ekosistem kewirausahaan paling tidak mencakup kemudahan akses pasar, sumber daya manusia yang berkualitas, akses modal dan pembiayaan, jejaring pendukung seperti mentor, konsultan, inkubator, jaringan wirausaha, kebijakan dan peraturan, pelatihan dan sosialisasi, ketersediaan Lembaga pendidikan, dan dukungan factor sosial budaya (Isenberg, 2011).
Rasio kewirausahawan di Indonesia yang saat ini masih sebesar 3,47 persen belum memadai untuk menciptakan kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang berjumlah 144,01 juta orang per Februari 2022. Ketidakseimbangan antara jumlah pencipta kerja dengan jumlah pencari kerja tersebut mengakibatkan jumlah pengangguran terbuka di Indonesia masih berkisar 8,40 juta per Februari 2022.
Jumlah pengangguran dari lulusan perguruan tinggi mencapai 1 juta orang. Pada tahun 2030 nanti Indonesia akan menikmati puncak bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif di Indonesia diperkirakan mencapai 64 persen total penduduk. Untuk memaksimalkan potensi bonus demografi tersebut, pemerintah telah mengembangkan berbagai program kewirausahaan yang dilaksanakan oleh berbagai kementrian.
Pada tahun 2018 Kementerian Koperasi dan UMKM melaksanakan Gerakan Mahasiswa Wirahusaha bersama 59 perguruan tinggi di 9 provinsi. Gerakan tersebut bertujuan untuk mengubah mindset mahasiswa dari pencari kerja menjadi pencipta kerja. Kementerian Komunikasi dan Informatika telah meluncurkan Gerakan Nasional 1000 Startup Digital sejak tahun 2016 yang juga berkolaborasi dengan kampus-kampus. Program tersebut dimaksudkan untuk memfasilitasi para startup digital, dimulai dari level pengenalan terhadap startup hingga business matchmaking.
Kementrian Perindustrian pun memberikan penguatan kewirausahaan melalui program Penguatan Industri melalui Optimalisasi Teknologi (Pinoti), bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi. Program Pinoti memberikan memberikan fasilitasi penguatan industri khususnya para wirausaha baru sektor industri melalui penyediaan co-working space, optimalisasi pemanfaatan teknologi, capacity building seperti pelatihan teknis dan manajemen, test pasar, pameran, sertifikasi dan pendaftaran kekayaan intelektual. Tidak ketinggalan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang turut mendorong tumbuhnya wirausahawan yang berkelanjutan dan sukses melalui program Inkubasi Online BDE 2.0.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) juga sangat kuat dalam mendorong tumbuhnya wirausahawan dari lingkungan kampus. Beberapa program yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di antaranya adalah, Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW), Inovasi Wirausaha Digital Mahasiswa (IWDM) dan Wirausaha Merdeka. Keseluruhan program dari berbagai kementerian tersebut menjadi support system bagi mahasiswa untuk merintis usaha sejak mahasiswa. Program-program tersebut diarahkan untuk mendukung ekosistem kewirausahaan bagi mahasiswa sehingga mahasiswa dapat menemukan ide bisnis yang kreatif, solutif, dan relevan dengan pendidikan mereka.
Perguruan tinggi sendiri dapat mengembangkan ekosistem kewirausahaan melalui program inkubasi bagi para mahasiswa yang beminat dan serius untuk merintis usaha sejak masih kuliah. Inkubasi di perguruan tinggi harus melibatkan banyak pihak baik internal maupun eksternal. Unika Soegijapranata memiliki Center for Student Entrepreneurship (CSE) yang bertugas menemani, mendukung dan membantu mahasiswa wirausaha berproses menjadi wirausaha tangguh, kreatif, inovatif, adaptif, dan beretika.
CSE berkolaborasi dengan semua program studi, LPPM, Lembaga Pengembangan Mahasiswa dan Alumni (LPMA), berbagai lembaga eksternal pemerhati kewirausahaan juga dengan para pelaku usaha menciptakan ekosistem kewirausahaan untuk semua mahasiswa yang berminat merintis usaha sejak masih mahasiswa.
Keunikan mendorong kewirausahaan di kalangan mahasiswa adalah menjaga mahasiswa agar seimbang dalam menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa dan sebagai wirausahawan. Banyak pengalaman mahasiswa berhasil dalam usahanya tetapi menjadi tertinggal dalam tugas akademiknya. Pendampingan kewirausahaan harus memahami irama aktivitas mahasiswa wirausaha sehingga mahasiswa wirausaha dapat menyelesaikan kuliahnya dengan baik dan berhasil dalam usahanya. Kolaborasi, sinergi, harmonisasi dan konsistensi perguruan tinggi untuk terus menghidupkan ekosistem kewirausahaan mahasiswa, niscaya akan melahirkan wirausaha hebat untuk Indonesia semakin hebat. (*/ida)
Dosen Program Studi (Prodi) Manajemen Unika Soegijapranata