RADARSEMARANG.COM, Apa kabar pramuka? Suatu sore, saat saya duduk di tepi lapangan upacara sekolah membawa ingatan ke masa tiga tahun silam. Sebelum pandemi. Saat itu, siswa sebagai pramuka berbaris, tegap-ceria. Tegap tubuhnya, ceria pancaran wajahnya dengan bertopi pet di kepala pramuka putra dan topi rimba untuk pramuka putri.
Hasduk merah putih yang terikat di leher mereka seakan memberikan semangat dan jiwa mereka akan tanggung jawab masa depan bangsanya sekaligus kebanggaan mereka atas negeri ini, tumpah darahnya. Ada yang nampak melakukan penaksiran tinggi pohon dan lebar sungai, bak mempraktekan matematika. Adakah benang merah kepramukaan dengan matematika?
Dalam kurikulum 2013 yang bermetamorfosis menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), pramuka menjadi kegiatan ekstrakurikuler wajib di sekolah dasar dan menengah (permendikbud no. 63 th 2014). Sebagai ekstrakurikuler wajib, kegiatan pramuka harus diikuti seluruh peserta didik sebagai kegiatan untuk menginternalisasikan nilai ketuhanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan alam, dan kemandirian yang bertujuan untuk menanamkan jiwa nasionalisme dan mewariskan semangat kepahlawanan sekaligus menguatkan karakter bangsa.
Sebagai salah satu ekstrakurikuler, pramuka menjadi bagian sistemik-kurikuler paralel dengan kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, dan menjadi elemen pembelajaran di sekolah yang tidak terpisahkan dari pencapaian tujuan pendidikan. Dengan demikian, kegiatan kepramukaan (hal terkait pramuka) harus diselenggarakan melalui kegiatan terstruktur, terencana dan terjadwal.
Aktualisasi kepramukaan menjadi salah satu model, di samping model blok dan reguler. Dengan model blok, kepramukaan dikemas sebagai kegiatan wajib dalam bentuk perkemahan yang dilaksanakan di setiap akhir semester atau akhir tahun. Kepramukaan yang diselenggarakan dengan model reguler dilaksanakan sebagai kegiatan sukarela berbasis minat peserta didik yang dilaksanakan di gugus depan, sedangkan dengan model aktualisasi, kepramukaan sebagai bentuk penerapan sikap dan keterampilan dikaitkan dengan mata pelajaran yang dipelajarinya di dalam kelas yang memadukan proses pengembangan nilai sikap dan keterampilan.
Sebagaimana tertuang dalam permendikbud No. 37 Tahun 2018 yang disederhanakan dalam kurikulum di masa darurat pandemi covid-19 (Permendikbud No. 719/P/2020) dengan jelas dirumuskan sebagai kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika yang memuat kompetensi sikap spiritual yaitu, menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dengan kompetensi sikap sosial, menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”. Kedua kompetisi tersebut sangat relevan dengan jiwa dan spirit tri satya dan dasa dharma pramuka.
Dalam konteks aktualisasi kepramukaan, kompetensi spiritual dan sosial menjembatani perbedaan kebutuhan perkembangan peserta didik seperti perbedaan rasa akan nilai moral dan sikap, kemampuan, dan kreativitas. Melalui partisipasinya dalam kegiatan kepramukaan peserta didik dapat belajar dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, serta menemukan dan mengembangkan potensinya. Kegiatan ekstrakurikuler juga memberikan manfaat sosial yang besar.
Pendidikan kepramukaan yang diselenggarakan secara sistematik dan terorganisir berperan sebagai wahana penguatan psikologis-sosial-kultural (reinforcement) perwujudan sikap dan keterampilan yang secara psikopedagogis koheren dengan pengembangan sikap dan kecakapan dalam pendidikan kepramukaan.
Untuk itu, pendidik mata pelajaran matematika diharapkan mampu mengidentifikasi berbagai materi (konten) pembelajaran yang relevan dengan materi kepramukaan sesuai tingkatan kelas peserta didik maupun jenjang kepramukaan. Berbagai konten matematika itu seperti: berhitung, membaca sudut sebagai arah kompas, jurusan tiga angka, trigonometri dan matriks merupakan sekelumit contoh konten matematika yang dapat diaktualisasikan dalam kepramukaan.
Berhitung dan matriks dapat dikaitkan dengan kegiatan baris-berbaris, membaca kompas, skala perbandingan dan jurusan tiga angka berkaitan dengan peta pita dan hiking, trigonometri sangat relevan dengan menaksir, bahkan simbol, variabel dan pemodelan dalam matematika sangat berkaitan dengan berbagai sandi dan pionering dalam kepramukaan.
Tentunya, masih banyak konten matematika lain yang dapat diaktualisasikan dalam kepramukaan sehingga pelajaran matematika mampu memberi warna lain dalam kegiatan kepramukaan.
Kepiawaian guru matematika dalam mengidentifikasi konten dikaitkan dengan materi kepramukaan menjadi sangat penting dalam aktualisasi. Yang pasti, aktualisasi matematika dalam kepramukaan menjadikan kegiatan kepramukaan menjadi tidak monoton dan sebaliknya menjadikan pelajaran matematika semakin kontekstual dan menyenangkan yang pada akhirnya mampu bersinergi dalam membentuk karakter bangsa dan menguatkan profil pelajar pancasila yang menjadi salah satu roh rancangan kurikulum merdeka yang akan segera diberlakukan. Semoga. (igi2/fth)
Guru Matematika dan Pembina Pramuka di SMAN 1 Ambarawa