29 C
Semarang
Thursday, 19 June 2025

Belajar Sejarah Indonesia melalui Model Kooperatif Tipe Make a Match

Oleh:Tri Wahyuniningsih, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Dalam proses pembelajaran seorang guru sering kali menemui berbagai problematika. Seperti yang penulis alami ketika mengajar di kelas VIII SMP 2 Pegandon. Banyak murid tidak semangat belajar, nilainya di bawah KKM. Tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, terutama belajar yang berkaitan dengan sejarah tentang sumpah pemuda. Sehingga guru harus kreatif agar pembelajaran jadi menarik tidak membosankan dan perolehan nilainya jadi di atas KKM.

Untuk mengatasi problematika tersebut penulis menggunakan salah satu model pembelajaran yaitu kooperatif learning tipe make a match. Menurut Etin Solihatin cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu sesama dalam stuktur kerja sama yang teratur dalam kelompok. Terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur-unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif.

Make a match merupakan suatu model pembelajaran yang mengajak peserta didik mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari satu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Proses pembelajarannya adalah guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa caran membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Langkah-langkah pembelajaran make a match di kelas VIII SMP 2 Pegandon pertama-tama penulis membuat potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada dalam kelas. Lalu membagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama. Kemudian menulis pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan setiap kertas berisi satu pertanyaan.

Selanjutnya pada sebagian kertas yang lain, ditulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tadi dibuat berikutnya mengocok semua kertas, sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban terus memberi setiap peserta didik satu kertas. Menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Sebagian peserta didik akan mendapatkan soal dan sebagian yang lainnya akan mendapatkan jawabannya. Terus meminta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka.

Jika sudah ada yang menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk yang berdekatan. Mereka tidak boleh memberitahu materi yang didapatkan kepada teman yang lain. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan kertas kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain. Mengakhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

Setelah penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match siswa kelas VIII SMP 2 Pegandon menjadi lebih semangat yang pasif menjadi aktif dan kelas tampak hidup. Alhasil akhirnya sangat berpengaruh terhadap sikap dan terjadi peningkatan terhadap skore nilai yang diperoleh. (bat1/lis)

Guru IPS SMPN 2 Pegandon


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya