RADARSEMARANG.COM, Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling berinteraksi. Peserta didik yang saling menjelaskan pengertian suatu konsep sesama teman sebaya merupakan proses belajar yang sangat efektif dan dapat memberikan hasil belajar yang jauh lebih maksimal dibandingkan hanya mendengarkan penjelasan guru.
Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2007: 15) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Belajar kooperatif lebih dari sekadar belajar kelompok, karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepensi efektif di antara anggota kelompok (Sugandi, 2002: 14).
Hasil observasi yang dilakukan penulis di kelas VIII F SMP Negeri 4 Batang tentang kondisi peserta didik saat mengikuti pembelajaran IPA banyak yang pasif dan tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Namun ada beberapa peserta didik yang serius dan semangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga ada yang terganggu.
Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin menciptakan suasana belajar yang berbeda, sehingga dapat menumbuhkan minat belajar dan melibatkan seluruh peserta didik dalam pembelajaran. Penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan cara berpetualang di area sekolah.
Sebelum memasuki kelas, penulis menyiapkan lima pos pertanyaan yang telah dicetak di kertas, kemudian meletakkannya di sekitar lingkungan sekolah. Ada yang di area perpustakaan, laboratorium IPA, laboratorium komputer dan musala. Pada pos pertanyaan tersebut juga dilengkapi dengan peralatan dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dipraktikkan peserta didik dalam memahami macam-macam gaya, yaitu mobil mainan, ketapel, magnet, dan plastisin. Jenis pertanyaannya juga berbasis masalah yang biasa dialami peserta didik di kehidupan nyata.
Sebelumnya di kelas guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan membentuk peserta didik menjadi lima kelompok heterogen yang mempunyai kemampuan berbeda-beda. Setiap kelompok terdiri atas 6-7 peserta didik. Selanjutnya, memberikan apersepsi kepada peserta didik mengenai materi yang akan dipelajari. Ketika pembelajaran inti dimulai peserta didik diberikan lembar kerja untuk mengisi hasil dari diskusi kelompok dan kertas undian yang berisi tentang petunjuk arah yang harus diikuti.
Selesai membaca petunjuk arah, peserta didik mulai berjalan secara berkelompok mencari lima pos pertanyaan yang telah disebar kemudian mendiskusikan pertanyaan di tempat tesebut. Peserta didik diberi waktu maksimal 60 menit untuk menyelesaikan semua pos pertanyaan. Di pos pertanyaan juga telah diberikan petunjuk arah untuk menuju ke pos berikutnya.
Suasana menyenangkan dan kerja sama antaranggota kelompok juga bisa terlihat ketika peserta didik asyik berdiskusi. Hal yang lebih menantang, pertanyaan yang terdapat dalam pos juga berupa praktikum sederhana yang bisa dilakukan peserta didik dalam menemukan konsep tentang gaya dan hukum Newton. Kegiatan tersebut menjadikan peserta didik lebih memahami materi dengan melakukan pengalaman belajar secara langsung.
Jika sebelum 60 menit sudah ada kelompok yang berhasil menyelesaikan petualangan terlebih dahulu, langsung menuju ke kelas dan mendapat predikat kelompok tercepat dan tergiat. Selanjutnya menunggu kelompok lain semua selesai sampai 60 menit. Setelah semua kelompok selesai, peserta didik mempresentasikan hasil kerjanya sesuai urutan dari yang tercepat sampai yang terakhir menyelesaiakan petualangan.
Dalam presentasi kelompok guru memberikan kesempatan peserta didik secara berkelompok menilai hasil presentasi kelompok lain. Agar dalam presentasi seluruh peserta didik tetap fokus dalam pembelajaran, maka di sela-sela presentasi kelompok guru menyampaikan ice breaking. Selesai melakukan presentasi guru memberikan penguatan tentang materi gaya dan hukum Newton. Juga meminta peserta didik untuk memberikan kesimpulan dari materi tersebut.
Melalui model pembelajaran berpetualang diharapkan peserta didik dapat menikmati dan merasakan asyiknya mempelajari materi gaya dan hukum Newton. Sehingga pembelajaran tidak membosankan dan pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman peserta didik. (*/aro)
Guru SMP Negeri 4 Batang