26 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Meningkatkan Jiwa Wirausaha dengan Project Based Learning

Oleh : Mulyati, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, PENDIDIKAN merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM yang baik diharapkan dapat mengisi lapangan-lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya dan selanjutnya dapat memajukan negara. Namun pada kenyataannya lulusan SMK belum memiliki aspek keahlian sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Hal ini dikarenakan di sekolah masih banyak mempelajari materi pembelajaran yang sifatnya teori ketimbang praktik.

Upaya pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran yang tinggi salah satunya adalah melalui pembelajaran kewirausahan di sekolah-sekolah. Melalui pembelajaran yang diberikan diharapkan siswa mampu menjadi lulusan yang terampil dan berdaya saing tinggi sebagai wirausaha. Dalam proses pembelajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu penentu ketercapaian kompetensi belajar peserta didik.

Model pembelajaran di jurusan OTKP SMKN 1 Salatiga yang diterapkan selama ini dirasa masih monoton dan berbasis kelas yang bersifat teoritis, maka perlu dirubah dengan pembelajaran yang lebih inovatif dengan melibatkan peserta didik dan berbasis lapangan, tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu atau kompetensi lulusan. Sekarang ini telah banyak diperkenalkan model-model pembelajaran diantaranya adalah model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning/PBL), pembelajaran tersebut dianggap relevan untuk mengajarkan mata pelajaran kewirausahaan.

Project Based Learning adalah suatu model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan yang kompleks (Cord,2001; Thomas, Mergendoller, & Michaelson, 1999). Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar berkerja secara otonom mongkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan mencapai puncaknya menghasilkan produknya, Thomas (2000).

Pembelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan XIOTKP semester gasal SMKN 1 Salatiga, diawali dengan siswa mempelajari teori Kewirausahaan yang dibimbing oleh guru, Dokumen Usaha dan Sumber Daya Usaha selama 2 bulan dilanjutkan pembelajaran proyek, dengan Project-Base Learning selama 3 bulan.. Proyek ini dilakukan secara individu, yang meliputi tahapan-tahapan: Pertama, Perencanaaan usaha penjualan (1 Minggu), pada tahap ini siswa dibimbing guru membuat profil usaha yang meliputi pembuat nama, logo, alamat usaha, serta contact person. Pada tahap ini siswa juga membuat diskripsi usaha dan yang terakhir siwa menetukan sumber daya usaha yang akan dijadikan sebagai proyek yang meliputi, sumber dan jumlah manusia yang dibutuhkan, materiil, peralatan, menghitung estimasi biaya, cara kerja, menentukan segmen pasar, serta membuat media promosi online maupun offline, yang digunakan untuk kegiatan usaha.

Kedua, Pelaksanaan kegiatan usaha (10 minggu), siswa melakukan penawaran produk yang dijual kepada konsumen melalui media online maupun offline, siswa mencatat semua kegiatan penjualan dengan menyertakan bukti-bukti transaksi, siswa bersama guru setiap 1 minggu mengevaluasi factor penghambat dan keberhasilan siswa dalam melakukan penjualan, memonitor peserta didik dan kemajuan proyek yaitu pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik.

Ketiga, Laporan Kegiatan Proyek dan Penilaian (1 minggu), siswa dibimbing guru menyusun laporan kegiatan proyek yang telah dilaksanakan selama 3 bulan. Guru menguji hasil yaitu penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik. mengevaluasi pengalaman yaitu pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.

Berdasarkan hasil proyek di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan kewirausahaan adalah usaha terencana dan aplikatif untuk meningkatkan pengetahuan, intensi/niat dan kompetensi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dengan di wujudkan dalam perilaku kreatif, inovatif dan berani mengelola resiko sehingga akan terbentuk jiwa dan mental berwirausaha melalui pembelajaran yang dilakukan.
Program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek, artinya proses pembelajaran penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. (igi1/zal)

Guru SMKN 1 Salatiga


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya