28.6 C
Semarang
Wednesday, 8 October 2025

Melalui Permainan Bahasa dapat Meningkatkan Kemampuan Membaca

Oleh : Baruwati, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Penggunaan bentuk-bentuk permainan dalam pembelajaran akan memberi iklim yang menyenangkan dalam proses belajar. Sehingga siswa akan belajar seolah-olah proses belajar siswa dilakukan tanpa adanya keterpaksaan, tetapi justru belajar dengan rasa keharmonisan. Selain itu, dengan bermain siswa dapat berbuat agak santai. Dengan cara santai tersebut, sel-sel otak siswa dapat berkembang akhirnya siswa dapat menyerap informasi, dan memperoleh kesan yang mendalam terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran dapat disimpan terus dalam ingatan jangka panjang (Rubin, 1993 dalam Rofi’uddin, 2003).

Permainan bahasa dapat menjadi kekuatan yang memberikan konteks pembelajaran dan perkembangan masa kanak-kanak awal. Untuk itu perlu, diperhatikan struktur dan isi kurikulum sehingga guru dapat membangun kerangka pedagogis bagi permainan. Struktur kurikulum terdiri atas perencanaan yang mencakup penetapan sasaran dan tujuan, pengorganisasian, dengan mempertimbangkan ruang, sumber, waktu dan peran orang dewasa, pelaksanaan, yang mencakup aktivitas dan perencanaan, pembelajaran yang diinginkan, dan assesmen dan evaluasi yang meliputi alur umpan balik pada perencanaan (Wood, 1996:87).

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SDN 1 Temanggung II , guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Kartu huruf, kartu kata, kartu kalimat. Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata.

Siswa diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah ketrampilan mengeja suatu kata (Rose and Rose, 1990).

Belajar konstruktivisme yaitu mengisyaratkan permainan bahasa untuk meningkatkan kemampuan membaca bahwa guru tidak memompakan pengetahuan ke dalam siswa, tetapi juga pengetahuan diperoleh melalui suatu dialog dengan bahasa yang ditandai oleh suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi.
Ini berarti bahwa penekanan bukan pada kuantitas materi, melainkan upaya agar siswa mampu menggunakan otaknya secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif, tetapi oleh keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif. Sehingga proses belajar membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa melalui permainan bahasa (Semiawan, 2002:5).

Dalam hal ini guru di SDN 1 Temanggung II, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung tidak sekadar melaksanakan apa yang ada dalam kurikulum, melainkan harus dapat menginterpretasi dan mengembangakn kurikulum menjadi bentuk pembelajaran yang menarik. Pembelajaran dapat menarik apabila guru di SDN 1 Temanggung II memiliki kreativitas dengan memasukkan aktivitas permainan bahasa ke dalam aktivtas belajar siswa.

Dalam pembelajaran membaca teknis menurut Mackey (dalam Rofi’uddin, 2003:44) guru dapat menggunakan strategi permainan membaca. Misalnya cocokkan kartu, ucapkan kata itu, temukan kata itu, kontes ucapan, temukan kalimat itu, baca dan berbuat dan sebagainya.

Kartu-kartu kata maupun kalimat digunakan sebagai media dalam permainan kontes ucapan. Para siswa diajak bermain dengan mengucapkan atau melafalkan kata-kata yang tertulis pada kartu kata. Pelafalan kata-kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk pelafalan kalimat bahasa Indonesia. Yang dipentingkan dalam latihan ini adalah melatih siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa (vokal, konsonan, dialog, dan cluster) sesuai dengan daerah artikulasinya (Hidayat dkk, 1980).

Untuk memilih dan menentukan jenis permainan dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas, guru di SDN 1 Temanggung II perlu mempertimbangkan tujuan, materi pembelajaran dan kondisi siswa maupun sekolah. Dalam tujuan pembelajaran, guru dapat mengembangkan salah satu aspek kognitif, psikomotor atau sosial. Guru juga perlu mempertimbangkan materi pembelajaran, karena bentuk permainan bahasa tertentu cocok untuk materi tertentu dalam meningkatkan kompetensi membaca. (*/lis)

Guru SDN 1 Temanggung II Kec Temanggung Kab Temanggung


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya