27 C
Semarang
Wednesday, 18 December 2024

Permainan Bahasa Jadikan Kekuatan dalam Pembelajaran Membaca

Oleh : Niryati, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Guru di SDN 1 Kwadungan Gunung, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tidak sekadar melaksanakan yang ada dalam kurikulum. Tetapi harus menginterpretasi dan mengembangkan kurikulum menjadi bentuk pembelajaran yang menarik. Pembelajaran dapat menarik apabila guru memiliki kreativitas dengan memasukkan kegiatan permainan ke dalam aktivitas belajar siswa. Permainan bahasa dapat menjadi kekuatan pembelajaran membaca untuk siswa.

Belajar konstruktivisme melalui permainan bahasa mengisyaratkan bahwa guru tidak memompakan pengetahuan ke dalam siswa, melainkan pengetahuan diperoleh melalui suatu dialog yang dapat memberikan kekuatan dalam pembelajaran membaca yang ditandai oleh suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi. Ini berarti penekanan bukan pada kuantitas materi, tetapi pada upaya agar siswa mampu menggunakan otaknya secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif belaka. Namun oleh keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif. Dengan demikian proses belajar membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa (Semiawan, 2002:5).

Penggunaan bentuk-bentuk permainan dalam pembelajaran akan memberi iklim yang menyenangkan dalam proses belajar. Sehingga siswa akan belajar seolah-olah proses belajar siswa dilakukan tanpa ada keterpaksaan. Justru belajar dengan rasa keharmonisan. Selain itu, dengan bermain siswa lebih santai. Dengan cara santai tersebut, sel-sel otak siswa dapat berkembang akhirnya siswa dapat menyerap informasi, dan memperoleh kesan yang mendalam terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran dapat disimpan terus dalam ingatan jangka panjang (Rubin dalam Rofi’uddin, 2003).

Permainan bahasa dapat menjadi kekuatan yang memberikan konteks pembelajaran membaca dan perkembangan masa kanak-kanak awal. Untuk itu perlu, diperhatikan struktur dan isi kurikulum sehingga guru dapat membangun kerangka pedagogis bagi permainan. Struktur kurikulum terdiri atas perencanaan yang mencakup penetapan sasaran dan tujuan, pengorganisasian, dengan mempertimbangkan ruang, sumber, waktu dan peran orang dewasa, pelaksanaan, yang mencakup aktivitas dan perencanaan, pembelajaran yang diinginkan. Dan assesmen dan evaluasi yang meliputi alur umpan balik pada perencanaan (Wood, 1996:87).

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SDN 1 Kwadungan Gunung , guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Kartu huruf, kartu kata, kartu kalimat. Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Siswa diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah ketrampilan mengeja suatu kata (Rose and Roe, 1990).

Dalam pembelajaran membaca teknis menurut Mackey (dalam Rofi’uddin, 2003:44) guru dapat menggunakan strategi permainan membaca. Misalnya cocokkan kartu, ucapkan kata itu, temukan kata itu, kontes ucapan, temukan kalimat itu, baca dan berbuat dan sebagainya. Siswa diajak bermain mengucapkan atau melafalkan kata-kata yang tertulis pada kartu kata. Yang dipentingkan dalam latihan ini adalah melatih siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa (vokal, konsonan, dialog, dan cluster) sesuai daerah artikulasinya (Hidayat dkk, 1980).

Untuk memilih dan menentukan jenis permainan dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas, guru di SDN 1 Kwadungan Gunung perlu mempertimbangkan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan kondisi siswa maupun sekolah. Dalam tujuan pembelajaran, guru dapat mengembangkan salah satu aspek kognitif, psikomotor atau sosial atau memadukan berbagai aspek tersebut. Guru juga perlu mempertimbangkan materi pembelajaran, karena bentuk permainan tertentu cocok untuk materi tertentu. Misalnya, untuk keterampilan berbicara guru dapat menyediakan jenis permainan dua boneka, karena dengan permainan ini dapat mendorong siswa berani tampil secara ekspresif. (*/lis)

Guru SDN 1 Kwadungan Gunung Kec Kledung Kab Temanggung


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya