RADARSEMARANG.COM, MATA pelajaran IPS membangun dan mengembangkan pemahaman siswa tentang variasi dan Kehidupan masyarakat, tempat dan lingkungan pada muka bumi (Sadapu, Alpian, 2018:2). Pada materi Sejarah, siswa didorong untuk memahami segala peristiwa yang membentuk pola hidup manusia di muka bumi, karakteristik, dan persebarannya. Selain itu, siswa dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang generalisasi waktu.
Guru sebagai ujung tombak pembelajaran harus mampu mengemas dan menyajikan pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Seperti diketahui bersama, berbicara masa lampau butuh sumber sejarah yang akurat. Hal ini disebabkan siswa tidak mengalami secara langsung. Seperti pada materi masa kemerdekaan hingga masa reformasi, siswa diharapkan dapat menjelaskan peristiwa yang terjadi pada masa tersebut.
Model pembelajaran berbasis proyek menjadi alternatif andalan bagi guru. Model project based learning (Pjbl) adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana mereka dapat menuangkan ide-ide mereka secara kreatif. Pembelajaran berbasis proyek akan lebih bermakna saat digunakan bersama dengan pendekatan konstektual. Pada materi masa kemerdekaan hingga masa reformasi ini menuntut siswa untuk berpikir kritis menggali peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Oleh karena itu, guru memberikan penugasan berupa proyek yang dikerjakan secara berkelompok.
Proyek tersebut meliputi kegiatan wawancara dengan tokoh sejarah atau narasumber yang mengalami masa kemerdekaan, masa orde lama dan masa orde baru. Tokoh sejarah berasal dari saudara atau tetangga dekat siswa.
Langkah-langkah yang diterapkan dalam pembelajaran ini adalah siswa membuat rancangan proyek yang berisikan jadwal kegiatan, pembagian tugas dan menentukan tokoh yang akan diwawancarai. Jadwal disusun secara sistematis agar sesuai dengan rancangan proyek yang dibuat. Pembagian tugas juga harus jelas, masing-masing mendapat tugas sesuai dengan keahlian masing-masing. Tokoh yang diwawancarai adalah narasumber yang berasal dari masyarakat yang langsung mengalami tiga masa tersebut.
Kegiatan wawancara dilaksanakan di luar kegiatan intrakurikuler, sehingga peran guru dalam memantau siswa sangat diutamakan. Guru melakukan pengawasan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung guru menyaksikan jalannya proses wawancara, sedangkan yang tidak langsung guru memantau melalui foto dan video yang dikirim oleh siswa.
Pembelajaran berbasis proyek ini memberi manfaat besar bagi siswa. Melalui model Pjbl ini siswa dituntut untuk belajar mandiri. Materi yang diperoleh melalui hasil wawancara membuat siswa semakin paham dengan materi yang diajarkan. Secara konstektual siswa memperoleh data secara langsung dari lapangan yang lebih akurat.
Siswa menjadi lebih memahami materi yang diajarkan dengan mendapatkan pengalaman berbagi secara langsung. Tujuan pembelajaran tercapai dengan baik, dan siswa mendapat soft skill bagaimana menghadapi masyarakat. Hal ini dapat menjadi bekal nantinya bagi siswa ketika terjun dalam kehidupan bermasyarakat.
Model pembelajaran proyek ini juga mampu mengembangkan keterampilan 4c yakni kreatif, kritis, kolaborasi dan komunikasi. Keterampilan 4c merupakan keterampilan abad 21 yang sangat dibutuhkan sekarang ini, terutama dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
Guru SMP Negeri 2 Bandar