RADARSEMARANG.COM, Pandemi berkepanjangan menuntut pemerintah membuat terobosan baru yang bisa memajukan pendidikan di Indonesia. Salah satunya Profil Pelajar Pancasila yang dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Profil Pelajar Pancasila sesuai visi dan misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024.
Ki Hajar Dewantara (Wiwoho & Situngkir, 2020: 86) menjelaskan karakter adalah kunci utama dalam membangun insan pendidikan dengan tetap memerhatikan dan mengembangkan bakatnya. Konsep dari merdeka belajar Ki Hajar Dewantara memerdekakan anak dalam belajar yaitu melalui pembebasan terhadap hal-hal yang disukainya atau yang diminatinya bahkan bakatnya.
Konsep merdeka belajar terinspirasi dari bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara. “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”.
Dalam pernyataan di atas cukup jelas bahwa pendidik mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pembentukan nilai karakter peserta didiknya. Pendidikan menjadi teladan apabila berada di depan.Tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di tingkat nasional, tetapi diharapkan juga menjadi pegangan untuk para pendidik, dalam membangun karakter anak di ruang belajar yang lebih kecil.
Pelajar Pancasila berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya. Dimensi ini adalah beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; Mandiri; Bergotong-royong; Berkebhinnekaan global; Bernalar kritis; Kreatif.
Keenam dimensi ini perlu dilihat sebagai satu buah kesatuan yang tidak terpisahkan. Dan bisa dikuatkan melalui semua mapel termasuk PPKn.
Karakter profil pelajar pancasila tersebut penjabarannya sebagai berikut : Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. Berakhlak mulia. Profil ini adalah para siswa diharapkan memahami moralitas, spiritualitas, dan etika yang merupakan hasil dari pendidikan karakter.
Dengan dimensi profil ini berarti siswa di SMPN 39 Semarang mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya yang juga telah diajarkan dalam kompetensi di pelajaran PPKn sebagai bentuk religiusitasnya, percaya dan menghayati keberadaan Tuhan serta memperdalam ajaran agama yang tercermin dalam perilaku sehari-hari.
Contoh profil ini di SMPN 39 adalah dengan melaksanakan salat berjamaah setiap salat duhur dan asar serta qotmil quran setiap 2 minggu sekali. Sedangkan untuk nasrani ada pendalaman iman atau doa bersama.
Hal ini sesuai dalam pembelajaran PPKn agar siswa mempunyai karakter beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. Profil kedua adalah mandiri. Melakukan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab. Siswa mandiri adalah independen termotivasi meningkatkan kemampuannya, bisa mencari pengetahuan serta termotivasi. Contohnya di SMPN 39 adalah mengerjakan tugas di luar sekolah tepat waktu.
Kreatif. Siswa kreatif adalah pelajar/siswa bisa menciptakan hal baru, berinovasi secara mandiri, dan mempunyai rasa cinta terhadap kesenian dan budaya. Contohnya menciptakan kreasi permainan tradisisonal baru, karena SMPN 39 termasuk sekolah pelestari permainan tradisional.
Gotong-royong. Diharapkan siswa memiliki kemampuan berkolaborasi yang merupakan soft skill utama yang terpenting di masa depan agar bisa bekerja secara tim. Di SMPN 39 dilakukan setiap Jumat yaitu bergotong-royong membersihkan lingkungan sekolah karena termasuk sekolah adiwiyata.
Kebhinnekaan global. Diharapkan siswa mencintai keberagaman budaya, agama dan ras di negaranya serta dunia. Sekaligus menegaskan sebagai warga global. Contohnya bergaul dengan teman tanpa membeda SARA.
Bernalar kritis. Dengan profil ini diharapkan siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah. Contohnya mengerjakan tugas sekolah dengan berbagai sumber.
Keenam dimensi profil pelajar Pancasila tersebut semuanya diajarkan dalam kompetensi mapel PPKn kelas VII sampai kelas IX. Dan akan menjadi kebiasaan atau karakter yang baik bagi siswa di manapun berada. (mj/lis)
Guru SMP Negeri 39 Semarang