RADARSEMARANG.COM, SAAT ini sudah hampir 3 tahun dunia tengah dihadapkan dengan wabah penyakit pandemic yang disebabkan oleh virus bernama corona atau lebih dikenal dengan istilah Covid-19 (Corona Virus Diseases-19). Penyebaran Covid-19 menjadi penyebab angka kematian yang paling tinggi di berbagai negara dunia saat ini. Sudah banyak korban yang meninggal dunia. Bahkan banyak juga tenaga medis yang menjadi korban lalu meninggal.
Hal ini menjadi permasalahan yang harus dihadapi oleh dunia saat ini, untuk melakukan berbagai kebijakan termasuk di negara kita. Salah satunya perubahan kebijakan pembangunan di bidang pendidikan dengan model daring ataupun blended learning tidak lagi menggunakan model pembelajaran tatap muka penuh (luring). Model pembelajaran ini menuntut kreatifitas peran seorang pendidik.
Perubahan pola belajar dan mengajar tentu tak akan pernah terlepas dari peran guru. Peran guru kini sangatlah penting mengingat proses belajar sudah tidak bisa bertatap muka penuh lagi. Guru harus benar benar berupaya semaksimal mungkin agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan secara online salah satunya melalui literasi digital. Menurut Gilster (1997), literasi digital didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format yang berasal dari berbagai sumber yang disajikan melalui komputer.
Literasi digital mencakup adanya tiga kemampuan yang berupa kompetensi pemanfaatan teknologi, memaknai dan memahami konten digital serta menilai kredibilitasnya, meneliti dan mengkomunikasikan dengan alat yang tepat. Di tengah maraknya wabah Covid-19 ini, beberapa peran guru yang sangat”urgent” yaitu: pertama guru sebagai motivator. Guru memberikan materi atau penugasan terhadap siswa disertai dengan motivasi pada siswa untuk tetap semangat dalam proses pembelajaran ditengah maraknya Covid-19 yang belum juga mereda. Di lain sisi, guru juga harus memperhatikan mood atau kemauan belajar siswa agar tidak terlalu stress akibat beban tugas belajar yang banyak. Guru hendaknya mengajar daring dengan tetap memberikan penjelasan pada siswa, bukan semata-mata hanya dengan memberikan tugas secara terus menerus sehingga menciptakan kejenuhan, sebab siswa juga butuh penjelasan untuk memahami materi yang dibahas.
Kedua guru sebagai inovator proses pembelajaran yang dilakukan secara online mengharuskan guru untuk menguasai teknologi digital. Guru harus melek teknologi terhadap media maupun metode yang terus berkembang. Sesuai dengan keadaan saat ini, ia hendaknya menguasai beberapa cara untuk belajar secara online, misal melalui zoom, google classroom, whatshap, dan sebagainya. Metode yang diterapkan juga akan berbeda dari biasanya sebab belajar tidak berlangsung “face to face”. Guru harus pintar-pintar memilih metode yang akan digunakan dalam proses belajar daring ini.
Ketiga guru sebagai evaluator. Setelah proses pembelajaran daring dilakukan, guru harus mampu mengevaluasi apa kekurangan dari pembelajaran online, masalah-masalah yang ditimbulkan pada siswa sebelum, maupun saat proses pembelajaran online berjalan, apakah siswa menerima materi dengan baik atau tidak, dan masalah lainnya. Peran guru di atas hanya sebagian saja, masih banyak lagi peran guru lainnya. Namun ketiga hal di atas perlu diperhatikan saat siswa belajar secara daring untuk beberapa waktu ke depan.
Ada banyak aplikasi yang digunakan untuk pembelajaran daring diataranya animaker, edmodo, zoom, google meet, edpuzle, whatshap, google classroom, dan lain –lain. Untuk penulis sendiri lebih nyaman menggunakan aplikasi google classroom untuk diterapkan di SMAN 1 Wonotunggal, Batang. Untuk mendukung literasi digital ini diperlukan penggunaan aplikasi yang tepat, dan pemahaman secara mendalam mengenai informasi yang didapatkan tersebut.
Google Classroom (GC) merupakan aplikasi pembelajaran daring berbasis web yang dibuat untuk memudahkan kegiatan pembelajaran antara pengajar dengan peserta didik tanpa harus bertatap muka secara langsung. Sebagai aplikasi pembelajaran, Google Classroom memungkinkan pendidik untuk membuat ruang kelas khusus dan membagikan kode kelas untuk siswanya bergabung. Aplikasi yang dapat diakses secara gratis ini juga memungkinkan pendidik untuk memberikan tugas dan materi tanpa harus bertatap muka secara langsung.
Adapun tahapan penggunaannya anak diminta masuk ke kelas khusus daring dalam aplikasi GC terlebih dahulu. Setelah itu diberikan apersepsi terkait dengan materi pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan mengupload materi pembelajaran bisa berupa e-modul, e-book atau video pembelajaran sejarah sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan. Apabila pemberian materi dirasa cukup baru dianjutkan dengan uji kompetensi materi pembelajaran bisa berupa pertanyaan ataupun tugas yang dikerjakan anak serta diupload sesuai dengan hasil tugas masing – masing kedalam GC kelas daring. Setelah selesai anak diberikan refleksi sehubungan pembelajaran hari ini, dan materi yang akan diajarkan minggu depan untuk lebih bergairah belajar ditengah keterbatasan hubungan personal antar siswa karena pandemic.
Kelebihan dari penggunaan Google Classroom adalah tidak memakan ruang aplikasi yang besar, serta bersifat unlimited, sehingga jalannya proses pembelajaran tidak perlu takut penyimpanan ruangnya kurang mencukupi. Khususnya pada pembelajaran sejarah yang yang beberapa materi dianntaranya membutuhkan visualisasi film documenter. Penggunaan GC memberi suatu solusi bagi kesulitan yang dihadapi oleh siswa selama proses pembelajaran, keberhasilan siswa tergantung dari kemahiran mereka sendiri sehingga cara-cara belajar penting diajarkan kepada anak didik mulai dari tingkat pendidikan dasar dan berlanjut sampai pendidikan menengah dan tinggi di era pandemi. (wa2/zal)
Guru SMAN 1 Wonotunggal, Batang