RADARSEMARANG.COM, Pendidikan di SD merupakan pondasi bagi anak untuk menempuh jenjang sekolah lebih tinggi. Karena pada dasarnya pendidikan SD merupakan suatu proses dimana anak mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Namun diharapkan tetap memiliki karakter baik. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan jika pendidikan karakter pada siswa menjadi salah satu upaya mewujudkan pelajar Pancasila. Oleh karena itu penanamannya harus dimulai sejak usia dini.
Ada enam hal yang dikembangkan sebagai pelajar Pancasila, yakni: 1) Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia, 2) Berkebinekaan Global, 3) Bergotong Royong, 4) Kreatif, 5) Bernalar Kritis, dan 6) Mandiri yang semuanya merupakan nilai-nilai budaya Indonesia. Sudah menjadi harga mati bahwa siswa SD harus berjiwa pelajar Pancasila dan peran guru menjadi sangat penting. Pendidikan yang baik dan berkualitas akan menjadikan negara berbudaya serta mempunyai peradaban baik dimasa depan. Nilai-nilai tersebut dikembangkan dalam jiwa pelajar Pancasila.
Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia dapat ditumbuhkan melalui kegiatan pembiasaan di sekolah. Contohnya salat dhuhur berjamaah, infaq Jum`at berkah, atau berbagi makanan bagi yang mampu. Pembiasaan akan tumbuh jika dilakukan secara berkesinambungan. Budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun) adalah pembiasaan kecil tapi berdampak besar terhadap perkembangan karakter anak.
Berkebinekaan Global. Indonesia beragam budaya, mulai dari seni, adat istiadat, ataupun bahasa. Namun, semua hidup secara berdampingan dan saling menghormati. Menjadi tugas guru untuk memberikan pemahaman kepada anak untuk saling menghormati perbedaan serta menjaga kelestarian budaya Bangsa. Misalnya menghormati perbedaan agama, mengenalkan permainan anak tradisional, menyanyikan lagu daerah, ataupun mengajarkan mereka dengan berbagai tarian daerah.
Bergotong Royong saat ini mulai luntur terutama di daerah perkotaan. Kesibukan serta individualis yang tinggi membuat rasa gotong royong mulai “tergeser”. Demikian juga di pedesaan pentingnya gotong royong untuk mencapai kebaikan bersama semakin terasa sulit di era kompetitif. Oleh karena itu, penting bagi satuan pendidikan untuk membuat satu program yang melibatkan siswanya secara langsung terlibat dalam gotong royong. Misalnya program Jum`at bersih yang mengharuskan semua anak membersihkan sekolah, atau program LISA (Lihat Sampah dan Ambil). Dalam pembiasaan seperti ini, guru dan kepala sekolah juga harus terlibat secara langsung.
Kreatif, menurut Ki Hajar Dewantara “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.” Seperti kita tahu siswa dalam satu kelas akan banyak perbedaan. Mulai karakter, kepandaian, ataupun latar belakang orang tua berpengaruh pada anak. Menyikapi perbedaan, diharapkan guru kreatif dalam mengasah siswa. Ciptakan pembelajaran berbasis merdeka belajar, suatu konsep belajar yang dibuat agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing.
Bernalar Kritis, membuat anak berpikir kritis memang tidaklah mudah. Jika kita amati, siswa SD cenderung menerima dan mengerjakan tugas. Hampir 2 tahun anak berkutat dengan pembelajaran daring, dan sampai saat ini pembelajaran belum dilaksanakan secara maksimal. Ada batasan waktu dan aturan sebagai upaya pencegahan melebarnya kasus Covid. Dalam kondisi seperti ini, peran guru sangat penting dalam mengembangkan pikiran siswa agar mampu bernalar kritis secara objektif memproses setiap informasi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Anak juga diharapkan mampu membangun keterkaitan antara berbagai informasi yang diperoleh kemudian menganalisis yang pada akhirnya mampu membuat suatu keputusan. Penggunaan media dan metode yang tepat dalam pembelajaran akan membantu anak berpikir kritis.
Mandiri, artinya anak bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan serta mampu menghadapi situasi kondisi yang dihadapi. Tidak bergantung pada orang lain dan mampu mengambil suatu keputusan. Di SD, sebaiknya kemandirian sudah mulai ditanamkan. Misalnya: 1) Membiarkan mengerjakan tugas yang harus dia pertanggung jawabkan, 2) Mengajarkan agar anak tidak merasa rendah diri jika berpendapat, 3) ditanamkan berpikir kritis dan kreatif, serta 4) memberikan pemahaman apa yang menjadi hak dan kewajibannya.
Menjadikan siswa SD menjadi pelajar Pancasila memang bukan perkara mudah. Namun, perlu kita sadari bersama pendidikan di SD merupakan pondasi bagi anak untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, mari kita maknai pondasi yang kuat akan menjadi salah satu jalan pembuka keberhasilan anak dalam hidupnya. Sehingga bisa mewujdukan pelajar Pancasila (kd/fth)
Kepala SDN 2 Tunggulsari Kecamatan Brangsong, Kendal